PEMIKIRAN
IBNU SINA
Ibnu Sina adalah Filosof Muslim
yang mengembangkan Falsafat Klasik Islam kepuncak tertinggi dan diberi gelar “
pangeran para Dokter”. [4] Nama lengkapnya adalah Abu ‘Ali Al-Husain Ibnu
‘Abd Allah Ibn Hasan Ibnu ‘Ali
Ibn Sina. Di Barat populer dengan sebutan “Avicenna” akibat dari terjadinya
metamorfose Yahudi-Spanyol-Latin. Dengan lidah Spanyol kata Ibnu diucapkan Aben
atau Even. Terjadi perubahan ini
berawal dari usaha penerjemahan naskah-naskah Arab kedalam
bahasa Latin pada pertengahan abad ke-12 di Spanyol.[5]
Ibnu Sina dilahirkan di desa
Afshanah, dekat Kharmaitan, kabupaten Balkh, wilayah Afghanistan Propinsi
Bukhara- yang sekarang masuk daerah Rusia. Ibnu Sina lahir pada masa kekacauan,
dimana Khalifah Abasiah mengalami kemunduran, dan negeri-negeri yang mula-mula
dibawah kekuasaan Khilafah tersebut memisahkan diri untuk berdiri sendiri.
Sedangkan Baghdad sebagai pusat pemerintahan dan juga merupakan pusat ilmu
pengetahuan jatuh ketangan Bani Buwaih (334 H). [6]
Ibnu Sina berdasarkan pengamatan
dan penyelidikan para ahli, lahir pada 370 H/ 980 M dan meninggal dunia pada
tahun 428 H/1037 M dalam usia 58 tahun. Wafat dan jasadnya dikebumikan di
Hamadzan. Ibunya bernama Astarah, sedangkan Ayahnya bernama Abdullah seorang
Gubernur dari suatu Distrik di Bukhara pada masa Samaniyyah-Nuh II bin
Mansur.[7]
Ibnu Sina sejak usia muda selain telah hafal Al-Qur‘an seluruhnya dalam
usia 10 tahun, ia dalam usia kurang lebih 17 tahun telah menguasai beberapa
disiplin ilmu seperti matematika, logika, fisika, kedokteran, astronomi, hukum,
dan lainnya, juga falsafat yang berkembang dimasanya. Pada usia 17 tahun,
dengan kecerdasannya yang sangat mengagumkan, ia sudah tampil sebagai Dokter
dan berhasil menyembuhkan penyakit Sultan Bukhara, Nuh Ibn Mansur, dari Dinasti
Samaniyyah. Sejak itu ia dapat leluasa memasuki perpustakaan Istana Bukhara,
Kutub Hana. Ia juga pernah diangkat menjadi Menteri oleh Sultan Syams Al-
Dawlah yang berkuasa di Hamdan dan menjadi penasihat politik di Isfahan,
sebagai sebagai pengakuan atas kematangannya
dalam ilmu pengetahuan dan falsafat dan atas kepemimpinannya dalam
politik ia dikenal dengan gelar “Al-Syaykh Al-ra’is”.
Diantara guru yang mendidiknya ialah Abu ‘Abd Allah
Al-Natili dan Isma’il sang Zahid.[8] Karena kecerdasan otaknya yang luar biasa,
ia dapat menguasai semua ilmu yang diajarkan kepadanya dengan sempurna, bahkan
melebihi sang guru. Kemampuan Ibnu Sina dalam bidang Filsafat dan kedokteran,
keduanya sama beratnya. Dalam bidang kedokteran ia mempersembahkan Al-Qanun
fit-Thibb-nya, dimana ilmu kedokteran modern mendapat pelajaran, sebab kitab
ini selain lengap, disusunnya secara sistematis.
Dalam bidang materia medeica, Ibnu Sina telah banyak
menemukan bahan nabati baru Zanthoxyllum budrunga– dimana tumbuh-tumbuhanini
banyak membantu terhadap beberapa penyakit tertentu seperti radang selaput otak
(miningitis). Ibnu Sina pula sebagai orang pertama yang menemukan peredaran
darah manusia, dimana 600 tahun kemudian disempurnakan oleh William Harvey. Dia
pulalah yang pertama kali mengatakan bahwa bayi selama masih dalam kandungan
mengambil makanannya lewat tali pusarnya. Dia jugalah yang mula-mula
mempraktekan pembedahan penyakit-penyakit bengkak yang ganas , dan menjahitnya.
Dan last but not list dia juga terkenal sebagai dokter jiwa.
Karya Tulis yang dihasilkan Ibnu
Sina cukup banyak. Kebanyakan penulis menegaskan bahwa jumlahnya tidak kurang
dari 276 buah, dalam buku dan risalah,
dan dalam bentuk karangan ilmiah biasa (prosa) atau dalam bentuk syair.
Karya-karya ini sebagian besar berbahasa Arab, tapi sebagian kecil dalam bahasa
Persia. Diantara karangan-karangan ibnu Sina adalah:
- Kitab Al-Syifa’
(The book of Recovery or the book of Remedy)
Merupakan buku
tentang penemuan, atau buku tentang Penyembuhan. Buku ini dikenal didalam
bahasa latin dengan nama Sanatio atau
Sufficienta. Terdiri dari 18 jilid.
Naskah selengkapnya sekarang ini tersimpan di Oxford University London. Mulai
ditulis pada usia 22 tahun (1022 M), dan berakhir pada tahun wafatnya (1037 M).
Isinya terbagi atas 4 bagian, yaitu Ketuhanan,
Fisika, Matematika dan Logika.
- Kitab Al- Najat
Merupakan
ringkasan dari Kitab Al-Syifa’ , tapi yang dibicarakan didalamnya hanya logika,
Fisika, dan Metafisika (ketuhanan).
- Kitab Al-Qanun fi
al-Thibb
Berisikan ilmu kedokteran. Menjadi
pegangan wajib di Universitas Eropa sampai XVII M.
- Kitab Al-Isyarat
wa al-Tanbihat
Terdiri dari 3
jilid, yang berisikan uraian tentang logika dan hikmah. Merupakan karya
terakhir yang dihasilkan Ibnu Sina.[9]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar