PUZZLE NAMA MALAIKAT DAN TUGAS-TUGASNYA
Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan puzzle nama malaikat dan tugasnya adalah sebagai berikut :
1. Kertas Cartoon
2. Kertas Asturo
3. Styroform
4. Doubletipe
5. Spidol
6. Penggaris
7. Gunting
8. Cutter
9. Pensil
Cara membuat puzzle nama malaikat dan tugasnya adalah sebagai berikut :
1. Sediakan styroform, penggaris, cutter dan spidol
2. Garis styroform menjadi dua bagian, kemudian perlokasi dibagi 5 baris
3. Gambar pola puzzle pada masing-masing lokasi yang sudah di garis
4. Potong puzzle sesuai dengan pola yang sudah dibuat
5. Lapisi puzzle yang sudah dipotong dengan kertas asturo, kemudian kita tulis nama dan tugas malaikat pada setiap permukaan puzzle
6. Tempelkan styroform pada kertas cartoon
7. Lapisi setiap puzzle dengan doubletipe agar bisa merekat pada kertas cartoon
8. Pasangkan tugas malaikat pada kertas cartoon sesuai dengan urutan dari yang pertama sampai yang terakhir
9. Kumpulkan nama malaikat pada sebuah wadah agar nanti anak dapat mencocokan nama dan tugas malaikat
10. Buat hiasan bunga untuk mempercantik puzzle dan tempelkan ke sudut styroform
Cara penggunaan puzzle nama dan tugas malaikat adalah sebagai berikut :
1. Sebelum memulai permainan puzzle anak diberi materi tentang nama dan tugas para malaikat
2. Minta anak untuk menghafalkannya satu per satu agar anak mampu menguasai permainan
3. Tunjuk anak satu persatu untuk maju kedepan dan meletakan atau mencocokan nama dan tugas malaikat
4. Lakukan berulang sampai anak benar-benar paham
Keunggulan dari permainan puzzle nama dan tugas malaikat adalah sebagai berikut :
1. Anak mampu mengenal dan mengetahui nama malaikat
2. Anak mampu mengenal dan mengetahui tugas para malaikat
3. Belajar lebih menyenangkan dan anak akan lebih cepat paham karena diajak bermain sambil belajar
Kelemahan dari permainan puzzle ini adalah sebagai berikut :
1. Jika anak tidak mengusai materi maka anak akan kesulitan dalam permainan ini
2. Terlalu ribet dalam pembuatan permainan ini
3. Banyak bahan untuk membuat permainan ini
4. Seorang guru harus kreatif dan meluanglkan waktu untuk pembuatan permainan ini.
Selasa, 06 Februari 2018
Sabtu, 03 Februari 2018
Ibnu Khaldun
PEMIKIRAN
IBNU KHALDUN
Ibnu khaldun adalah seorang filsuf
sejarah yang berbakat dan cendekiawan terbesar pada zamannya, salah seorang
pemikir terkemuka yang pernah dilahirkan. Beliau adalah seorang pendiri ilmu
pengetahuan sosiologi yang secara khas membedakan cara memperlakukan sejarah
sebagai ilmu serta memberikan alasan-alasan untuk mendukung kejadian-kejadian
yang nyata. [1]
Nama lengkap Ibnu Khaldun adalah
Abu Zayd ‘Abd al-Rahman ibn Muhammad ibn Khaldun al-Hadrami. Beliau dilahirkan
di Tunisia pada 1 Ramadhan 732 H. / 27 Mei 1332 M, wafat 19 Maret 1406/808H.
Beliau dikenal sebagai sejarawan dan bapak sosiologi Islam yang hafal Alqur’an
sejak usia dini, selain itu beliau juga membahas tentang pendidikan islam.
Karyanya yang terkenal adalah Muqaddimah (Pendahuluan).[2] Beliau masih
memiliki garis keturunan dengan Wail bin Hajar, salah seorang sahabat Nabi Saw.
Wail bin Hajar pernah meriwayatkan sejumlah hadith serta pernah dikirim nabi
untuk mengajarkan agama Islam kepada para penduduk daerah itu. Pada abad ke-8 M
Khalid bin Utsman datang ke Andalusia bersama pasukan arab penakluk wilayah
bagian selatan Spanyol. Khalid kemudian lebih dikenal panggilan Khaldun sesuai
dengan kebiasaan orang Andalusia dan Afrika Barat Laut yakni dengan penambahan
pada akhir nama dengan “un” sebagai pernyataan penghargaan kepada keluarga
penyandangnya. Dengan demikian Khalid menjadi Khaldun.
Di Andalusia keluarga Khaldun
memainkan peranan yang cukup menonjol baik dari segi ilmu pengetahuan maupun
dari segi politik. Mereka awalnya menetap di kota Carmon kemudian pindah ke
kota Sevilla. Di kota ini mereka memainkan peranan penting dalam pemerintahan.
Akan tetapi melihat kakeknya yang aktif dalam pemerintahan maka ayah ibn
Khaldun memutuskan untuk menjauhkan diri sama sekali dari dunia politik dan
mengkhususkan dirinya untuk bergerak hanya di bidang ilmu pengetahuan. Ayahnya
menjadi terkenal di bidang bahasa arab dan tasawuf. Dilihat dari banyaknya yang
dipelajari Ibnu Khaldun hal ini dapat diketahui bahwa dia memiliki kecerdasan
yang luar biasa dan dia tidak puas dengan satu disiplin ilmu saja sehingga
pengetahuannya begitu luas dan sangat bervariasi.
Ibnu Khaldun mulai berkarir dalam
bidang pemerintahan dan politik di kawasan Afrika Barat Laut dan Andalusia
selama hampir seperempat Abad. Dalam kurun waktu itu dari sepuluh kali dia
pindah jabatan dari satu dinasti ke dinasti yang lain.
Jabatan pertaman Ibnu Khaldun
pertama adalah sebagai anggota Majlis keilmuwan Sultan Abu Inal dari Bani Marin
di ibu kota Fez. Kemudian dia diangkat menjadi sekertaris Sultan pada Tahun 1354. Selain di dunia politik,
Ibnu Khaldun juga mengajarkan ilmunya di masjid. Kemudian dia pindah ke
Biskarah. Dari Biskarah kembali ke Andalusia baru dan menuju Tilimsan tahun
1374 M. Di Tilimsan ini ibnu Khaldun menemukan tempat untuk menulis dan membaca
di rumah bani Arif di dekat benteng Qal’at Ibn Salamh sebagai tempat tinggal
dan tinggal di Istana Ibnu Salamah. Di tempat inilah selama empat tahun dia
memulai karnya yang terkenal dengan Kitab al-Ibar (sejarah Universal).
Pada Tahun 1378 dia meninggalkan
istana dan menuju Tunisia. Selama di Tunis dia melakukan revisi terhadap
karyanya dan naskah asli tersebut di hadiahkan kepada Sultan Abu al-Abbas tahun
1382 M. Pada Tahun 1382 M dia pindah ke Alexandria dan menetap di Mesir. Di
Mesir ini Ibnu Khaldun mengajar di Masjid al-Azhar. Di Masjid al-Azhar dia
memberi kuliah Hadith, Fiqh maliki, serta menerangkan teori-teori kemashurannya
dalam kitab Muqaddimah di samping juga mengajar di perguruan tinggi al-Azhar.
Dia diangkat sebagai hakim madhab Maliki pada 1384 M dan aktif dalam dunia
pendidikan. Pada tanggal 25 Ramadhan 808 H bertepatan tanggal 19 Maret 1406.
Ibnu Khaldun meninggal pada usia 76 Tahun. Untuk menghormati nama besarnya dia
dimakamkan di pemakaman sufi di Bab al-Nashr Kairo, yang merupakan makam para
ulama dan orang-orang penting.
Sebagai pelopor sosiologi,
sejarah-filsafat, dan ekonomi-politik, karya-karyanya memiliki keaslian yang
menajubkan. “Kitab al-I’bar” termasuk al-Taarif adalah buku sejarahnya yang monumental,
berisi Muqaddimah serta otobiografinya. Bukunya dibagi menjadi tiga bagian.
Bagian pertama terkenal dengan muqaddimah, dalam bagian ini membicarakan
tentang masyarakat, asal-usulnya,kedaulatan, lahirnya kota-kota dan desa-desa,
perdagangan, cara orang mencari nafkah, dan ilmu pengetahuan. Bagian kedua
kitab al-I’bar, terdiri dalam empat jilid, membicarakan tentang sejarah bangsa
arab dan orang-orang muslim lainnya dan juga dinasti-dinasti pada masa itu,
termasuk dinasti syiria, persia, seljuk, turki, yahudi, romawi, dan prancis.
Dan bagian ketiga terdiri dari dua jilid, membicarakan bangsa barbar dan suku
tetangga, otobiografi yaitu Al-Taarfi.[3]
Pemikiran Pendidikan Islam Ibnu Khaldun
Menurut Ibnu Khaldun ilmu
pendidikan bukanlah suatu aktivitas yang semata-semata bersifat pemikiran dan
perenungan yang jauh dari aspek-aspek pragmatis di dalam kehidupan, akan tetapi
ilmu dan pendidikan tidak lain merupakan gejala sosial yang menjadi ciri khas
jenis insani. Tradisi penyeledikan ilmiah yang dilakukan oleh ibnu khaldun
dimulai dengan menggunakan tradisi berfikir ilmiahdengan melakukan kritik atas
cara berfikir “model lama” dan karya-karya ilmuwan sebelumnya, dari hasil
penyelidikan mengenai karya-karya sebelumnya, telah memberikan kontribusi
akademik bagi pengembangan ilmu pengetahuan yang sahih, pengetahuan ilmia auat
pengetahuan yang otentik.[4]
Adapun tujuan pendidikan menurut
Ibnu Khaldun yaitu:
- Menyiapkan
seseorang dari segi keagamaan
- Menyiapkan
seseorang dari segi akhlaq
- Menyiapkan
seseorang dari segi kemasyarakatan atau sosial
- Menyiapakan
seseorang dari segi vokasional atau pekerjaan
- Menyiapkan
seseorang dari segi pemikiran
- Menyiapkan
seseorang dari segi kesenian
Pandangan Ibnu Khaldun tentang
Pendidikan Islam berpijak pada konsep dan pendekatan filosofis-empiris.
Menurutnya ada tiga tingkatan tujuan yang hendak dicapai dalam proses
pendidikan yaitu:
- Pengembangan kemahiran (al-malakah atau
skill) dalam bidang tertentu.
- Penguasaan keterampilan professional
sesuai dengan tuntutan zaman
- Pembinaan pemikiran yang baik[5]
Adapun pandangannya mengenai materi
pendidikan, karena materi adalah merupakan salah satu komponen operasional
pendidikan, maka dalam hal ini Ibnu Khaldun telah mengklasifikasikan ilmu
pengetahuan yang banyak dipelajari manusia pada waktu itu menjadi dua macam
yaitu:
1. Ilmu-ilmu
tradisional (Naqliyah)
Ilmu naqliyah
adalah yang bersumber dari al-Qur’an dan Hadits yang dalam hal ini peran akal
hanyalah menghubungkan cabang permasalahan dengan cabang utama, karena
informasi ilmu ini berdasarkan kepada otoritas syari’at yang diambil dari
al-Qur’an dan Hadits. Adapun yang termasuk ke dalam ilmu-ilmu naqliyah itu
antara lain: ilmu tafsir, ilmu qiraat, ilmu hadits, ilmu ushul fiqh, ilmu fiqh,
ilmu kalam, ilmu bahasa Arab, ilmu tasawuf, dan ilmu ta’bir mimpi.
2. Ilmu-ilmu filsafat atau rasional (Aqliyah)
Ilmu ini
bersifat alami bagi manusia, yang diperolehnya melalui kemampuannya untuk
berfikir. Ilmu ini dimiliki semua anggota masyarakat di dunia, dan sudah ada
sejak mula kehidupan peradaban umat manusia di dunia. Menurut Ibnu Khaldun
ilmu-ilmu filsafat (aqliyah) ini dibagi menjadi empat macam ilmu yaitu:
a. Ilmu
logika,
b. Ilmu
fisika,
c. Ilmu
metafisika dan
d.
Ilmu matematika
termasuk didalamnya ilmu, geografi, aritmatika dan al-jabar, ilmu music, ilmu
astromi, dan ilmu nujuum.
Walaupun Ibnu Khaldun banyak
membicarakan tentang ilmu geografi, sejarah dan sosiologi, namun ia tidak
memasukkan ilmu-ilmu tersebut ke dalam klasifikasi ilmunya. Setelah mengadakan
penelitian, maka Ibnu Khaldun membagi ilmu berdasarkan kepentingannya bagi anak
didik menjadi empat macam, yang masing-masing bagian diletakkan berdasarkan
kegunaan dan prioritas mempelajarinya. Empat macam pembagian itu adalah:
a. Ilmu
agama (syari’at), yang terdiri dari tafsir, hadits, fiqh dan ilmu kalam.
b. Ilmu
‘aqliyah, yang terdiri dari ilmu kalam, (fisika), dan ilmu Ketuhanan
(metafisika)
c. Ilmu
alat yang membantu mempelajari ilmu agama (syari’at), yang terdiri dari ilmu
bahasa Arab, ilmu hitung dan ilmu-ilmu lain yang membantu mempelajari agama.
d. Ilmu
alat yang membantu mempelajari ilmu filsafat, yaitu logika.
Menurut Ibnu Khaldun, kedua
kelompok ilmu yang pertama itu adalah merupakan ilmu pengetahuan yang
dipelajari karena faidah dari ilmu itu sendiri. Sedangkan kedua ilmu
pengetahuan yang terakhir (ilmu alat) adalah merupakan alat untuk mempelajari
ilmu pengetahuan golongan pertama. Demikian pandangan Ibnu Khaldun tentang
materi ilmu pengetahuan yang menunjukkan keseimbangan antara ilmu syari’at
(agama) dan ilmu ‘Aqliyah (filsafat). Meskipun dia meletakkan ilmu agama pada
tempat yang pertama, hal itu ditinjau dari segi kegunaannya bagi anak didik,
karena membantunya untuk hidup dengan seimbang namun dia juga meletakkan ilmu
aqliyah (filsafat) di tempat yang mulia sejajar dengan ilmu agama.
Menurut Ibnu Khaldun ilmu-ilmu
pengetahuan tersebut dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar banyak
tergantung pada para pendidik, bagaimana dan sejauh mana mereka pandai
mempergunakan berbagai metode yang tepat dan baik.
Al Ghazali
AL
GHAZALI
Abu Hamid
Muhammad Al-ghazali lahir pada tahun 1059 M di Ghazaleh suatu kota kecil yang
terletak didekat Thus di Khusaran (Iran), ia berbelar hujjarui islam, sebutan
al-Ghazali diambil dari kata-kata “Ghazalah” yakni nama kampung kelahiran al-Ghazali,
sebutan tersebut kadang-kadang diucapkan dengan “Al-Ghazzali”. Istilah ini
berakal kata pada “Ghazal” artinya tukang printak benang sebab pekerjaan ayah
al-Ghazali adalah memintal benang wool.
Tokoh terbesar
dalam sejarah reksi islam Neo-Platonisme adalah al-Ghazali seorang ahli Hukum,
teolog, filosof, dan sufi, dilahirkan di Thus (khusaran) pada tahun 1059, pertama-tama al-Ghazali memutuskan
perhatiannya pada ajaran yuris prudensi (fiqh) dengan salah seorang Radzkani,
kemudian berpindah kejurjan dimana ia meneruskan studinya dengan Abu al-Qasim
al-Isma’ili. Meskipun begitu, gurunya yang paling besar adalah al-Juwayni,
seorang teolog Asy’ariyah yang termukakan saat itu. Al-Juwayni memprakasai
muridnya yang brilian ini kedalam studi kalam, filsafat dan logika,
perkenalannya dengan teori dan praktek miskitisme adalah berkat jasa
al-farmatzi (W. 1084). Seorang sufi terkemuka saat itu.
Kehidupan
pemikiran periode Al-Ghazali dipenuhi dengan munculnya berbagai aliran
keagamaan dan tren pemikiran, di samping munculnya beberapa tokoh pemikir besar
sebelum Al-Ghazali. Di antaranya Abu ‘Abdillah Al-Baghdadi (w. 413 H.) tokoh
Syi’ah, Al-Qadhi ‘Abd al-Jabbar (w. 415 H.) tokoh Mu’tazilah, Abu ‘Ali Ibn Sina
(w. 428 H.) tokoh Filsafat, Ibn al-Haitam (w. 430 H.) ahli matematika dan
fisika, Ibn Hazm (w. 444 H.) tokoh salafisme di Spanyol, Al-Isfara’ini (w. 418
H.) dan Al-Juwaini (w. 478 H.). Keduanya tokoh Asy’arisme, dan Hasan As-Sabbah
(w. 485 H.) tokoh Batiniyah. Al-Ghazali
menggolongkan berbagai pemikiran pada masanya menjadi empat aliran
populer, yaitu mutakallimun, para filosof, al-ta’lim dan para sufi. Dua aliran
yang pertama adalah mencari kebenaran berdasarkan akal walaupun terdapat
perbedaan yang besar dalam prinsip penggunaan akal antara keduanya. Golongan yang
ketiga menekankan otoritas imam dan yang terakhir menggunakan al-dzauq
(intuisi).
Dengan
latar belakang tersebut Al-Ghazali yang
semula memiliki kecenderungan rasional yang sangat tinggi – bisa dilihat dari
karya-karyanya sebelum penyerangannya terhadap filsafat – mengalami keraguan
(syak). Keraguan ini berpangkal dari adanya kesenjangan antara persepsi ideal
dalam pandangannya dengan kenyataan yang sesungguhnya. Menurut persepsi
idealnya, kebenaran itu adalah satu sumber berasal dari al- Fithrah al- Ashliyat.
Sebab menurut hadit Nabi; “Setiap anak dilahirkan atas dasar fitrahnya, yang
membuat anak itu menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi adalah kedua orang
tuanya."
Oleh karenanya
ia mencari hakikat al- Fithrah al- Ashliyat yang menyebabkan keraguan karena
datangnya pengetahuan dari luar dirinya. Dari sinilah Al-Ghazali menyimpulkan
bahwa ia harus mulai dari hakikat pengetahuan yang diyakini kebenarannya. Bertolak
dari pengetahuan yang selama ini ia kuasai, Al-Ghazali menduga bahwa kebenaran
hakikat diperoleh dari yang tergolong
al-hisriyat (inderawi) dan al-dharuriyat (yang bersifat apriori dan
aksiomatis). Sebab kedua pengetahuan ini bukan berasal dari orang lain tetapi
dari dalam dirinya.
Ketika ia
mengujinya kemudian berkesimpulan kemampuan inderawi tidak lepas dari
kemungkinan bersalah. Kepercayaan Al-Ghazali terhadap akal juga goncang karena
tidak tahu apa yang menjadi dasar kepercayaan pada akal. Seperti pengetahuan
aksiomatis yang bersifat apriori, artinya ketika akal harus membuktikan sumber
pengetahuan yang lebih tinggi dari akal ia hanya dapat menggunakan kesimpulan
hipotesis (fardhi) saja, dan tidak
sanggup membuktikan pengetahuan secara faktual. Al-Ghazali kemudian menduga adanya pengetahuan
suprarasional. Kemungkinan tersebut kemudian diperkuat adanya pengakuan para
sufi, bahwa pada situasi-situasi tertentu (akhwal) mereka melihat hal-hal yang
tidak sesuai dengan ukuran akal dan adanya hadis yang menyatakan bahwa manusia
sadar (intabahu) dari tidurnya sesudah mati.
Al-Ghazali
menyimpulkan ada situasi normal di mana kesadaran manusia lebih tajam. Akhirnya
pengembaraan intelektual Al-Ghazali
berakhir pada wilayah tasawuf di mana ia meyakini al- dzauq (intuisi)
lebih tinggi dan lebih dipercaya dari akal untuk menangkap pengetahuan yang
betul-betul diyakini kebenarannya. Pengetahuan ini diperoleh melalui nur yang
dilimpahkan Tuhan ke dalam hati manusia.
Namun demikian
pandangan Al-Ghazali yang bernuansa
moral juga tidak terlepas dari filsafat. Pandangannya tentang moral sangat erat
kaitannya dengan pandangannya tentang manusia. Dalam karya-karya filsafat,
Al-Ghazali banyak dipengaruhi oleh filosof muslim sebelumnya, terutama Ibnu
Sina, Al-Farabi dan Ibnu Maskawaih.
Berikut adalah
karya-karya yang dihasilkan oleh Al-Ghazali:
1. Tahafutul
Falasifah
2. Al-Munqizminadi
Dialal
3. Ihya Ulumuddin
4. Manthik
5. Faqih
6. Tafsir
7. Akhlak
8. Adat
persoalan
9. Buku
al-Muqidz Minadh (penyelamat dan kesesatan), berisi sejarah perkembangan alam
pikirannya dan mencerminkan sikapnya yang terakhir terhadap beberapa macam
ilmu, serta jalan untuk mencapai Tuhan.
Ibnu Sina
PEMIKIRAN
IBNU SINA
Ibnu Sina adalah Filosof Muslim
yang mengembangkan Falsafat Klasik Islam kepuncak tertinggi dan diberi gelar “
pangeran para Dokter”. [4] Nama lengkapnya adalah Abu ‘Ali Al-Husain Ibnu
‘Abd Allah Ibn Hasan Ibnu ‘Ali
Ibn Sina. Di Barat populer dengan sebutan “Avicenna” akibat dari terjadinya
metamorfose Yahudi-Spanyol-Latin. Dengan lidah Spanyol kata Ibnu diucapkan Aben
atau Even. Terjadi perubahan ini
berawal dari usaha penerjemahan naskah-naskah Arab kedalam
bahasa Latin pada pertengahan abad ke-12 di Spanyol.[5]
Ibnu Sina dilahirkan di desa
Afshanah, dekat Kharmaitan, kabupaten Balkh, wilayah Afghanistan Propinsi
Bukhara- yang sekarang masuk daerah Rusia. Ibnu Sina lahir pada masa kekacauan,
dimana Khalifah Abasiah mengalami kemunduran, dan negeri-negeri yang mula-mula
dibawah kekuasaan Khilafah tersebut memisahkan diri untuk berdiri sendiri.
Sedangkan Baghdad sebagai pusat pemerintahan dan juga merupakan pusat ilmu
pengetahuan jatuh ketangan Bani Buwaih (334 H). [6]
Ibnu Sina berdasarkan pengamatan
dan penyelidikan para ahli, lahir pada 370 H/ 980 M dan meninggal dunia pada
tahun 428 H/1037 M dalam usia 58 tahun. Wafat dan jasadnya dikebumikan di
Hamadzan. Ibunya bernama Astarah, sedangkan Ayahnya bernama Abdullah seorang
Gubernur dari suatu Distrik di Bukhara pada masa Samaniyyah-Nuh II bin
Mansur.[7]
Ibnu Sina sejak usia muda selain telah hafal Al-Qur‘an seluruhnya dalam
usia 10 tahun, ia dalam usia kurang lebih 17 tahun telah menguasai beberapa
disiplin ilmu seperti matematika, logika, fisika, kedokteran, astronomi, hukum,
dan lainnya, juga falsafat yang berkembang dimasanya. Pada usia 17 tahun,
dengan kecerdasannya yang sangat mengagumkan, ia sudah tampil sebagai Dokter
dan berhasil menyembuhkan penyakit Sultan Bukhara, Nuh Ibn Mansur, dari Dinasti
Samaniyyah. Sejak itu ia dapat leluasa memasuki perpustakaan Istana Bukhara,
Kutub Hana. Ia juga pernah diangkat menjadi Menteri oleh Sultan Syams Al-
Dawlah yang berkuasa di Hamdan dan menjadi penasihat politik di Isfahan,
sebagai sebagai pengakuan atas kematangannya
dalam ilmu pengetahuan dan falsafat dan atas kepemimpinannya dalam
politik ia dikenal dengan gelar “Al-Syaykh Al-ra’is”.
Diantara guru yang mendidiknya ialah Abu ‘Abd Allah
Al-Natili dan Isma’il sang Zahid.[8] Karena kecerdasan otaknya yang luar biasa,
ia dapat menguasai semua ilmu yang diajarkan kepadanya dengan sempurna, bahkan
melebihi sang guru. Kemampuan Ibnu Sina dalam bidang Filsafat dan kedokteran,
keduanya sama beratnya. Dalam bidang kedokteran ia mempersembahkan Al-Qanun
fit-Thibb-nya, dimana ilmu kedokteran modern mendapat pelajaran, sebab kitab
ini selain lengap, disusunnya secara sistematis.
Dalam bidang materia medeica, Ibnu Sina telah banyak
menemukan bahan nabati baru Zanthoxyllum budrunga– dimana tumbuh-tumbuhanini
banyak membantu terhadap beberapa penyakit tertentu seperti radang selaput otak
(miningitis). Ibnu Sina pula sebagai orang pertama yang menemukan peredaran
darah manusia, dimana 600 tahun kemudian disempurnakan oleh William Harvey. Dia
pulalah yang pertama kali mengatakan bahwa bayi selama masih dalam kandungan
mengambil makanannya lewat tali pusarnya. Dia jugalah yang mula-mula
mempraktekan pembedahan penyakit-penyakit bengkak yang ganas , dan menjahitnya.
Dan last but not list dia juga terkenal sebagai dokter jiwa.
Karya Tulis yang dihasilkan Ibnu
Sina cukup banyak. Kebanyakan penulis menegaskan bahwa jumlahnya tidak kurang
dari 276 buah, dalam buku dan risalah,
dan dalam bentuk karangan ilmiah biasa (prosa) atau dalam bentuk syair.
Karya-karya ini sebagian besar berbahasa Arab, tapi sebagian kecil dalam bahasa
Persia. Diantara karangan-karangan ibnu Sina adalah:
- Kitab Al-Syifa’
(The book of Recovery or the book of Remedy)
Merupakan buku
tentang penemuan, atau buku tentang Penyembuhan. Buku ini dikenal didalam
bahasa latin dengan nama Sanatio atau
Sufficienta. Terdiri dari 18 jilid.
Naskah selengkapnya sekarang ini tersimpan di Oxford University London. Mulai
ditulis pada usia 22 tahun (1022 M), dan berakhir pada tahun wafatnya (1037 M).
Isinya terbagi atas 4 bagian, yaitu Ketuhanan,
Fisika, Matematika dan Logika.
- Kitab Al- Najat
Merupakan
ringkasan dari Kitab Al-Syifa’ , tapi yang dibicarakan didalamnya hanya logika,
Fisika, dan Metafisika (ketuhanan).
- Kitab Al-Qanun fi
al-Thibb
Berisikan ilmu kedokteran. Menjadi
pegangan wajib di Universitas Eropa sampai XVII M.
- Kitab Al-Isyarat
wa al-Tanbihat
Terdiri dari 3
jilid, yang berisikan uraian tentang logika dan hikmah. Merupakan karya
terakhir yang dihasilkan Ibnu Sina.[9]
Istilah Pendidikan
ISTILAH
PENDIDIKAN
- Akreditasi adalah kegiatan penilaian
kelayakan program dan/atau satuan pendidikan berdasarkan kriteria yang
telah ditetapkan.
- Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Non
Formal yang selanjutnya disebut BAN-PNF adalah badan evaluasi mandiri yang
menetapkan kelayakan program dan/atau satuan pendidikan jalur pendidikan
nonformal dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan.
- Badan Akreditasi Nasional Perguruan
Tinggi yang selanjutnya disebut BAN-PT adalah badan evaluasi mandiri yang
menetapkan kelayakan program dan/atau satuan pendidikan pada jenjang
pendidikan tinggi dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan.
- Badan
Standar Nasional Pendidikan yang selanjutnya disebut BSNP adalah badan
mandiri dan independen yang bertugas mengembangkan, memantau pelaksanaan,
dan mengevaluasi standar nasional pendidikan;
- Evaluasi pendidikan adalah kegiatan
pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai
komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai
bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan.
- Jalur pendidikan adalah wahana yang
dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses
pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan.
- Jaringan
Kurikulum merupakan suatu sistem kerja sama antara pusat dengan daerah,
antardaerah, dan antar unsur di daerah dalam mengembangkan kurikulum yang
sesuai dengan karakteristik, kebutuhan, dan perkembangan daerah.
- Jenis
pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan
suatu satuan pendidikan.
- Jenjang pendidikan adalah tahapan
pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik,
tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.
- Kerangka dasar kurikulum adalah
rambu-rambu yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah ini untuk dijadikan
pedoman dalam penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan
silabusnya pada setiap satuan pendidikan.
- Konseling
adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan
maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal, dalam
bidang pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kemampuan
belajar, dan perencanaan karir, melalui berbagai jenis layanan dan
kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku.
- Kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
- Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun
oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.
- Pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar.
- Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi
sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor,
instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan
kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.
- Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana dan proses
pembelajaran pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
- Pendidikan formal adalah jalur pendidikan
yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
- Pendidikan informal adalah jalur
pendidikan keluarga dan lingkungan.
- Pendidikan
nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan
berjenjang.
- Penilaian adalah proses pengumpulan dan
pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta
didik.
Penelitian Tindakan Kelas
MAKALAH
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian
Dosen Pengampu : Lumaur Ridlo,S.Psi.,M.Pd.
Disusun Oleh :
1. Faridatul Husna (1623211033)
2. Nurul Hidayah (1623211011)
3. Ika Juniarti (1623211022)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM IMAM GHOZALI CILACAP (IAIIG)
2017
KATA PENGANTAR
Penulis menyadari tersusunnya makalah ini bukanlah semata-mata hasil jerih payah penulis sendiri, melainkan berkat bantuan berbagai pihak. Untuk itu, kami menghaturkan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyususan makalah ini.
Semoga Alloh SWT memberikan pahala yang setimpal dan menjdikan amal sholeh bagi semua pihak yang telah turut berpartisipasi dalam penyelesaian makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin Ya Rabbal’alamin.
PENULIS
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
BAB I 3PENDAHULUAN 3
A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan 5
BAB II 6
PEMBAHASAN 6
A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) 6
B. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas 8
C. Prosedur atau Desain PTK 11
1. Perencanaan (plannimg) 11
2. Pelaksanaan Tindakan (Acting) 12
3. Pengamatan (observing) 13
4. Refleksi (reflecting) 13
D. Mengidentifikasi Dan Menganalisis Masalah 14
1. Ruang Lingkup Masalah 14
2. Identifikasi masalah 15
3. Analisis masalah 16
4. Teknik Mencari Permasalahan 16
5. Beberapa permasalahan yang bisa dijadikan PTK 16
6. Sumber Masalah PTK 17
E. Analisis Data 17
BAB III 19
PENUTUP 19
DAFTAR PUSTAKA 20
BAB I
PENDAHULUAN
Persyaratan utama yang harus dipenuhi bagi berlangsungnya pembelajaran yang menjamin optimalisasi hasil pembelajaran ialah tersedianya guru dengan kualifikasi dan kompetensi yang mampu memenuhi tuntutan tugasnya. Mutu pendidikan pada hakikatnya adalah bagaimana memastikan bahwa pembelajaran yang dilakukan guru dikelas berlangsung dengan baik dan bermutu. Jadi mutu pendidikan ditentukan didalam kelas melalui pembelajaran. Untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal, dibutuhkan guru yang kreatif dan inovatif yang selalu mempunyai keinginan terus menerus untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran dikelas. Salah satu upaya tersebut adalah dengan melaksanakan penelitian tindakan kelas. Dengan PTK, kekurangan atau kelemahan yang terjadi dalam proses belajar mengajar dapat teridentifikasi dan terdeteksi, untuk selanjutnya dicari solusinya yang tepat. Karena, PTK memiliki peranan yang sangat penting dan strategis untuk meningkatkan mutu pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan benar. Diimplementasikan dengan baik, artinya pihak yang terlihat dlam PTK (Guru) mencoba dengan sadar mengembangkan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah-masalah yang terjadi dalam pembelajaran dikelas melalui tindakan bermakna yang diperhitungkan dapat memecahkan masalah atau memperbaiki situasi dan kemudian secara cermat mengamati pelaksanaannya untuk mengukur tingkat keberhasilannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ?
2. Bagaimana karateristik PTK ?
3. Bagaimana prosedur PTK ?
4. Bagaimana cara mengidentifikasi dan menganalisis masalah?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian penelitian tindakan kelas
2. Untuk mengetahui karakteristik PTK
3. Untuk mengetahui prosedur PTK
4. Untuk mengetahui cara mengidentifikasi dan menganalisis masalah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Penelitian aksi adalah suatu penelitian yang dilakuakn oleh seorang yang bekerja mengenai apa yang sedang ia laksanakan tanpa mengubah sistem pelaksanaanya. Jika mengacu pada istilah action reserach dan operation reserch, maka sesungguhnya juga merupakan penelitian yang berbeda, tetapi begitu mirip hingga dismakan. Action research mengacu pada aksi atau tindakan, dalam arti peneliti melakukan suatu tindakan, eksperimen yang diamati secara terus menerus, kemudian diadakan pengubahan terkentrol sampai pada upaya maksimal dalam bentuk tindakan yang paling tepat. Sedangkan operation research merujuk kepada kegiatan yang sedang berlangsung, yakni bahwa penelitian yang sedang dilakukan bukan yang menciptakan yang baru semata, tetapi menempel pada suatu kegiatan yang berlangsung.
Penenitian Tindakan Kelas ( PTK ) memiliki peranan yang sangat penting dan strategis untuk meningkatkan mutu pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan benar. Diimplementasikan dengan baik, artinya pihak yang terlihat dalam PTK (Guru) mencoba dengan sadar mengembangkan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah-masalah yang terjadi dalam pembelajaran dikelas melalui tindakan bermakna yang diperhitungkan dapat memecahkan masalah atau memperbaiki situasi dan kemudian secara cermat mengamati pelaksanaannya untuk mengukur tingkat keberhasilannya.
Penelitian adalah suatu kegiatan penyelidikan yang dilakukan menurut metode ilmiah yang sistematis untuk menemukan informasi ilmiah atau teknologi baru, membuktikan kebenaran atau ketidak benaran Hipotesis sehingga dapat dirumuskan teori atau proses gejala sosial.
Penelitian juga bisa diartikan kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan aturan metodeologi tertentu untuk mendapatkan data atau informasi yang bermanfaat untuk selanjutnya data tersebut dianalisis untuk dicari kesimpulannya. Penelitian ilmiah pada dasarnya adalah usaha mencari kebenaran perolehan makna tentang sesuatu yang dikaji. Memahami makna berarti memahami suatu hakikat keberadaan, fakta dan kejadian-kejadian sebagai suatu kausalitas.
Dari beberapa pengertian tentang penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan tiga prinsip yakni :
1. Adanya partisipasi dari peneliti dalam suatu program atau kegiatan
2. Adanya tujuan untuk meningkatkan kualitas suatu program atau kegiatan melalui penelitian tindakan tersebut
3. Adanya tindakan (treatment) untuk meningkatkan kualitas suatu program atau kegiatan.
Mengacu pada prinsip diatas, penelitian tindakan kelas dapat didefinisikan sebagai suatu penelitian tindakan (action research) yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti dikelasnya atau bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) dengan jalan merancang, melaksankan dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu (kualitas) proses pembelajaran dikelasnya melalui suatu tindakan tertentu dalam suatu siklus. Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi dikelas dan meningkatkan kegiatan nyata guru dalam kegiatan pengembangan profesinya..
Dalam konteks kependidikan mengandung pengertian PTK adalah sebuah bentuk kegiatan refleksi diri yang dilakukan oleh para pelaku pendidikan dalam suatu situasi kependidikan untuk memperbaiki rasionalitas dan keadilan tentang :
a) Praktik praktik kependidikan mereka
b) Pemahaman mereka tentang praktik praktik tersebut
c) Situasi dimana praktik praktik tersebut dilaksanakan
Penelitian tindakan kelas termasuk penelitian kualitatif meskipun data yang dikumpulkan bisa saja bersifat kuantitatif, dimana urainnya bersifat deskriptif dalam bentuk kata–kata, peneliti merupakan isntrumen pertama dalam pengumpulan data, proses sama pentingnya dengan produk. Perhatian peneliti diarahkan kepada pemahaman bagaimana berlangsungnya suatu kejadian atau efek dari suatu tindakan.(Rojiati,2005).
Penelitian Tindakan Kelas harus dilakukan dikelas yang sehari hari diajar, bukan kelas yang diajar oleh guru lain meskipun masih dalam satu sekolah. Hal ini disebabkan PTK adalah suatu penelitian yang berbasis pada kelas. Penelitian dapat dilakukan secara mandiri, tetapi alangkah baiknya kalau dilaksanakan secara kolaboratif, baik dengan teman sejawat, kepala sekolah, pengawas, widyaisuara, dosen dan pihak lain yang relevan dengan PTK. Hasil PTK dapat digunakan untuk memperbaiki mutu proses belajar mengajar sesuai dengan kondisi dan karakteristik sekolah, siswa dan guru. Melalui PTK guru dapat mengembangkan model-model mengajar yang bervariasi, pengelolaan kelas dinamis dan kondusif, serta penggunaan media dan sumber belajar yang tepat dan memadai. Dengan penerapan-penerapan hasil hasil PTK secara berkesinambungan diharapkan PBM disekolah (kelas) tidak kering dan membosankan serta menyenangkan siswa. Atau dengan istilah yang lebih populer adalah PAIKEM (Pembelajarn Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan)
B. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
PTK berbeda dengan penelitian formal ( konvensional) pada umumnya. PTK memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. On-the job problem oriente, masalah yang diteliti adalah masalah ril atau nyata yang muncul dari dunia kerja peneliti atau yang ada dalam kewarganegaraan atau tanggung jawab peneliti.
2. Problem-solving oriented yaitu yang Berorientasi pada pemecahan masalah. PTK yang dilakukan oleh guru dilakukan sebagai upaya untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh guru dalam PBM dikelasnya melalui suatu tindakan (treatment) tertentu sebagai upaya menyempurnakan proses pembelajaran dikelasnya.
3. Improvement-oriented yaitu berorientasi pada peningkatan mutu. PTK dilaksanakan dalam kerangka untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu PBM yang dilakukan oleh guru dikelasnya. PTK bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran dengan asumsi bahwa semakin baik kualitas proses pembelajaran maka semakin baik juga
hasil belajar yang dicapai siswa.
4. Ciclic (siklus) Konsep tindakan (action) dalam PTK diterapkan melalui urutan yang terdiri dari beberapa tahap berdaur ulang (cyclical). Siklus dalam PTK ini terdiri dari empat tahapan yakni perencanaan tindakan, melakukan tindakan, pengamatan atau observasi dan analisis atau refleksi.
5. Action oriented Dalam PTK selalu didasarkan pada adanya tindakan (treatment) tertentu untuk memperbaiki PMB dikelas. Jadi, tindakan dalam PTK ini adalah sebagai alat atau cara untuk memperbaiki masalah dalam PBM yang dihadapi guru dikelas.
6. Pengkajian terhadap dampak tindakan. Dalam tindakan yang dilakukan harus dikaji apakah sesuai dengan tujuan, apakah memberi dampak positif lain yang tidak diduga sebelumnya, atau bahkan menimbulkan dampak dampak negative yang merugikan peserta didik.
7. Specifics contextual. Aktifitas PTK dipicu oleh permasalahan praktis yang dihadapi oleh guru dalam PBM dikelas. Permasalahan dalam PTK adalah permasalahan yang bersifat spesifik kontekstual dan situasional sesuai dengan karakteristik siswa dalam kelas tersebut. Tujuan
PTK bukan menemukan pengatahuan baru yang dapat digeneralisasikan, tetapi tetap bersifat paragmatis dan praktis, yakni memperbaiki atau meningkatkan mutu PBM dikelas.
8. Partisipatory (collaborative). PTK ini dilaksanakan secara kolaboratif dan bermitra dengan pihak lain, seperti teman sejerawat. Jadi, dalam PTK perlu ada partisipasi dari pihak lain yang berperan sebagai pengamat.
9. Peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi. Dalam refleksi ini banyak hal yang harus dilakukan yaitu mulai dari mengevaluasi tindakan sampai dengan memutuskan apakah masalah itu tuntas atau perlu tindakan lain dalam siklus berikutnya. Refleksi adalah merenungkan apa yang sudah kita kerjakan baik didalam kelas atau diluar kelas.
10. Dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus dimmana dalam satu siklus terdiri dari tahapan perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection) dan selanjutnya diulang kembali dalam beberapa siklus.
Menurut Richart Winter (1996) ada enam karakteristik PTK, yaitu: Kritis refleksi, Kritik dialektis, Kolaboratif, Resiko, susunan jamak, dan Internalisasi teori dan praktik.
Sedangkan tujuan dari PTK adalah sebagai berikut:
1. Untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi didalam kelas, meningkatkan profesionalisme guru dan menumbuhkan budaya akademik dikalangan para guru.
2. Peningkatan kualitas praktik pembelajaran dikelas secara terus menerus Peningkatan relavasi pendidikan, hal ini dicapai melalui peningkatan pores belajar.
3. Sebagai alat training in-service, yang memperlengkapi guru dengan skil dan metode baru, mempertajam kekuatan analitisnya dan mempertinggi kesadaran dirinya.
4. Sebagai alat untuk memasukan pendekatan tambahan atau inovatif terhadap system pembelajaran yang berkelanjutan yang biasanya menghambat inovasi dan perubahan.
5. Peningkatan mutu hasil pendidikan melalui perbaikan praktik pembelajaran dikelas dengan mengembangkan berbagai jenis ketrampilan dan motivasi belajar siswa.
6. Meningkatkan sikap professional pendidikan dan tenaga kependidikan.
7. Menumbuhkan budaya akademik dilingkungan sekolah, sehingga tercipta sikap proaktif dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan.
C. Prosedur atau Desain PTK
Layaknya sebuah penelitian, PTK juga memiliki prosedur atau aturan yang perlu diperhatikan. Arikunto (2013:17) menjelaskan bahwa satu siklus PTK terdiri dari empat lamgkah yaitu :
1. Perencanaan (plannimg)
Sebelum melaksanakan PTK, seorang guru hendaknya melaksanakan terlebih dahulu konsepnya dengan membuat perencanaan dalam bentuk tulisan. Arikunto (2010:17) mengemukakan bahwa perencanaan adalah langkah yang dilakukan oleh guru ketika akan memulai tindakannya. Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam kegiatan ini yakni:
a. Membuat skenario pembelajaran
Skenario pembelajaran merupakan bagian utama yang harus disiapkan oleh seorang guru dalam penulisan PTK. Bentuk nyata skenario pembelajaran dalam PTK adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
b. Membuat lembaran observasi di dalam pengertian psikologi, observasi atau disebut pula pengamatan meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera. Untuk dapat merealisasi kegiatan observasi maka dibuatlah lembar observasi. Implikasi pembuatan lembar observasi dapat mendukung keabsahan dan menghindarkan hasil PTK dari unsur bias. Secara khusus lembar observasi dimaksudkan guna mengukur keberhasilan peneliti.
c. Mendesain alat evaluasi
Alat evaluasi atau disebut “tes” secara umum dibagi menjadi empat, yaitu tes lisan, tes objektif, soal uraian, dan soal terbuka. Setiap guru harus cermat dalam menentukan alat evaluasi yang digunakan, untuk itu alat evaluasi tersebut perlu diuji cobakan terlebih dahulu di luar subjek penelitian.
2. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Tahap ini merupakan pelaksanaan skenario pembelajaran yang telah dibuat. Seorang guru yang akan melakukan tindakan harus memahami secara mendalam tentang skenario pembelajaran
beserta dengan langkah-langkah praktisnya. Lebih jauh Ari Kunto (2010: 18) memaparkan secara rinci hal-hal yang harus diperhatikan guru antara lain:
a. Apakah ada kesesuaian antara pelaksanaan dengan perencanaan.
b. Apakah proses tindakan yang dilakukan pada siswa cukup lancar.
c. Bagaimanakah situasi proses tindakan.
d. Apakah siswa-siswa melaksanakan dengan bersemangat.
e. Bagaimanakah hasil keseluruhan dari tindakan itu.
3. Pengamatan (observing)
Pengamatan adalah proses mencermati jalannya pelaksanaan tindakan (Ari Kunto, 2010: 18). Kegiatan ini merupakan realisasi dari lembar observasi yang telah dibuat pada saat perencanaan. Ari Kunto (2010: 19) memaparkan tentang siapa yang melakukan pengamatan pada pelaksanaan tindakan sebagai berikut.
a. Pengamatan dilakukan oleh orang lain, yaitu pengamatan yang diminta oleh peneliti untuk mengamati proses pelaksanaan tindakan, yaitu mengamati apa yang dilakukan oleh guru,
siswa maupun peristiwanya.
b. Pengamatan dilakukan oleh guru yang melaksanakan PTK. Dalam hal ini guru tersebut harus sanggup “ngrogoh sukmo” istilah bahasa jawa, yaitu mencoba mengeluarkan jiwanya dari tubuh untuk mengamati dirinya, apa yang sedang dilakukan, sekaligus mengamati apa yang dilakukan oleh siswa dan bagaimana proses berlangsung.
Pengamat disebut juga observer dari luar seharusnya guru yang memiliki pengalaman tentang pembelajaran seperti guru senior atau minimal sama masa kerjanya, mengajar pada mata pelajaran yang sama atau serumpun.
4. Refleksi (reflecting)
Refleksi atau dikenal dengan peristiwa perenungan adalah langkah mengingat kembali kegiatan lampau yang dilakukan oleh guru atau siswa (Arikunto,2010:19). Pada tahap ini hasil yang diperoleh pada tahap observasi akan dievaluasi dan dianalisis.. Kemudian guru bersama pengamat dan juga peserta didik mengadakan reflaksi diri dengan melihat data obsservasi, apakah kegiatan yang telah dilakukan dapat meningkatkan kualitas kegiatan pembelajaran khususnya target yang akan ditingkatkan dalam penelitian misalnya hasil belajar, motivasi, kemampuan menulis, kemampuan membaca dan lain sebagainya. Refleksi adalah koreksi atas kegiatan tindakan jadi peran pengamat dan peserta didik sangat membantu keberhasilan penelitian. Dari hasil refleksi bersama akan diperoleh kelemahan dan cara memperbaikinya guna diterapkan pada siklus berikutnya.
D. Mengidentifikasi Dan Menganalisis Masalah
1. Ruang Lingkup Masalah
Ruang lingkup masalah yang dijadikan harapan PTK anatara lain :
a. Metode mengajar, mungkin mengganti metode konvensional (tradisional) dengan metode penemuan.
b. Setrategi belajar, misalnya menggunakan pendekatan integratif pada pembelajaran dari pada satu guru mengajar saja.
c. Prosedur evaluasi, misalnya meningkatkan metode dalam penilaian kontinu.
d. Penanaman maupun perubahan sikap dan nilai, mungkin mendorong timbulnya sikap yang lebih positif terhadap beberapa aspek kehidupan.
e. Pengembangan profesionalisme guru, misalnya meningkatkan ketrampilan belajar,menggembangkan metode mengajar yang baru, menambahkan kemampuan
analisis atau meningkatkan kesadaran diri.
f. Pengelolaan dan kontrol, pengenalan bertahap pada teknik modifikasi perilaku.
g. Administrasi, menambahkan efisiensi aspek tertentudari administrasi sekolah.
2. Identifikasi masalah
Identifikasi masalah hendaknya dilakukan oleh peneliti.
Beberapa kriteria dalam menentukan masalah PTK adalah :
a. Masalah apa yang akan diteliti.
b. Masalah benar-benar terjadi dalam proses belajar mengajar dikelas.
c. Penting dan bermanfaat untuk meningkatkan mutu PBM
d. Masalah harus penting bagi orang yang mengusulkannya dan sekaligus signifikan dilihat dari segi pengembangan lembaga.
e. Masalah hendaknya dalam jangkauan penanganan, baik dari segi tenaga, biaya dan waktu.
f. Pernyataan masalah harus mengungkap beberapa dimensi fundamental mengenai penyebab dan akibat.
g. Alasan mengapa penelitian tersebut dilakukan.
h. Cara yang akan digunakan untuk menemukan jawaban dari suatu masalah tersebut.
i. Jangan mengangkat permasalahan yang guru tidak mungkin dapat menyelesaikannya karena diluar jangkauan tugas guru.
j. Masala yang rill dan problematika.
k. Pilihlah fokus penelitian yang spesifik dan terbatas yang dapat dicari solusinya dalam waktu singkat.
Kesebelas kriteria diatas dapat dikategorikan dalam 4 perspektif dalam mengukur suatu
kelayakan masalah sebagi berikut.
a. Perspektif keilmuan, yakni berguna bagi pengembangan teori suatu ilmu.
b. Perspektif metode keilmuan, yakni mengembangkan metode keilmuan.
c. Perspektif keilmuan dan kegunaannya, yakni nilai praktis dari penelitian.
d. Perspektif teknis dan situasional, yakni mengembangkan cara atau teknik tertentu sesuai dengan situasi yang dihadapi.
3. Analisis masalah
Didalam menganalisis masalah untuk PTK ini guru harus ingat bahwa tidak semua topik penelitian dapat diangkat sebagai topik PTK. Berikut 4 aspek yang dapat dijadikan masalah dalam PTK yaitu:
a. Masalah yang berkaitan dengan pengelolaan kelas.
b. Masalah proses belajar mengajar.
c. Masalah pengembangan atau penggunaan sumber-sumber belajar.
4. Teknik Mencari Permasalahan
Teknik mencari permasalahan dengan pertanyaan- pertanyaan berikut:
a. Apa yang sekarang sedang terjadi?
b. Apakah yang sedang berlangsung itu mengandung permsalahn?
c. Apa yang dapat saya lakukan untuk mengatasinya?
5. Beberapa permasalahan yang bisa dijadikan PTK
Beberapa permasalahan dalam aspek pembelajaran yang dapat dijadikan kajian PTK antara lain:
a. Rendahnya ketelibatan siswa dalam proses pembelajaran mata pelajaran X.
b. Metode pembelajaran yang kurang tepat.
c. Perhatian anak terhadap PBM matematik rendah.
d. Media pembelajaran yang tidak ada atau kurang.
e. Sistem penilaian yang tidak atau kurang sesuai.
f. Motifasi belajar siswa yang rendah.
g. Rendahnya kemandiran belajar siswa.
h. Siswa datang terlambat kesekolah.
6. Sumber Masalah PTK
a. Masalah yang berkaitan dengan input dapat bersumber dari: siswa, guru, sumber belajar, materi pelajaran, prosedur evaluasi, dan lingkungan belajar.
b. Masalah yang berkaitan dengan proses kegiatan belajar mengajar dapat bersumber dari: interaksi belajar mengajar, ketrampilan bertanya guru atau siswa, gaya mengajar, cara belajar dan implementasi metode pembelajaran.
c. Masalah yang berkaitan dengan ouput dapat bersumber dari hasil belajar siswa, daya ingat siswa, sikap negatif siswa, dan motifasi rendah.
E. Analisis Data
Analisis data diwakili oleh momen refleksi putaran penelitian tindakan kelas. Tetapi perlu diingat bahwa dalam menganalisis data sering peneliti menjadi terlalu subjektif dan oleh karena itu perlu diadakan diskusi dengan teman sejawat untuk melihat datanya lewat perspektif yang berbeda. Jika dalam menganalisis data yang kompleks peneliti menggunakan teknis analisis kualitatif, yang salah satu modelnya adalah teknik analisis kualitatif, yang salah satu modelnya adalah teknik analisis interaktif yang dikembangkan oleh milles dan huberman(1984)
Analisis interaktif tersebut terdiri atas tiga komponen kegiatan yang saling terkait satu sama lain: reduksi data, beberan (display) data, dan penarikan kesimpulan.
Reduksi data merupakan proses menyeleksi, menentukan fokus, menyederhanakan, meringkas, dan mengubah bentuk data mentah yang ada dalam catatan lapangan. Misalnya data tentang proses pembelajaran dikelas dapat direduksi dengan memfokuskan perhatian pada apa yang dilakukan guru pada permulaan pembelajaran, pada bagian inti atau utama pembelajaran dan pada bagian akhir pembelajaran. Pada bagian utama pembelajaran dapat direduksi dengan memfokuskan perhatian pada apakah ada tindakan guru yang berkenaan: upaya membantu atau memfasitasi siswa dalam memahami isi atau konsep pelajaran, upaya memotivasi siswa atau meningkatkan percaya diri siswa dengan menguji, dan mengelolah kelas.
Dengan mereduksi data tentang proses pembelajarn, akan dapat ditarik kesimpulan apakah guru mengelola pembelajaran secara kondusif sehingga PBM berlangsung efektif dan menyenangkan. Setelah direduksi data siap dibeberkan artinya tahap analisis sampai pada pembeberan data. Berbagai macam data PTK yang telah direduksi perlu dibeberkan dengan tertata rapi dengan narasi plus matriks, grafik atau diagram. Pembeberan data yang sistematis dan interaktif akan memudahkan pemahaman terhadap apa yang telah terjadi sehingga memudahkan penarikan kesimpulan atau menentukan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya. Penarikan kesimpulan tentang peningkatan atau perubahan yang terjadi dilakukan secara bertahap mulai dari kesimpulan sementara yang ditarik pada siklus satu kekesimpulan terefisi pada akhir siklus dua dan seterusnya dan kesimpulan terakhir pada siklus terakhir. Kesimpulan yang pertama sampai dengan yang terakhir saling terkait dan kesimpulan pertama sebagai pijakan.
BAB III
PENUTUP
Penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian tindakan (action research) yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti dikelasnya atau bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) dengan jalan merancang, melaksankan dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu (kualitas) proses pembelajaran dikelasnya melalui suatu tindakan tertentu dalam suatu siklus. Dalam penelitian tindakan kelas ada karakteristik tertentu yaitu: On-the job problem oriente, Problem-solving oriented, Improvement-oriented, Ciclic (siklus), Action oriented, Pengkajian terhadap dampak tindakan, Specifics contextual, Partisipatory (collaborative), Peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi, selanjutnya, dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus dimmana dalam satu siklus terdiri bebetapa tahapan. PTK juga memiliki beberapa prosedur atau aturan. Untuk mengidentifikasi atau menganalisis masalah harus mengetahui ruang lingkup masalah, mengidentifikasi masalah, menganalisis masalah, mencari permasalahan, dan mencari sumber masalah.
DAFTAR PUSTAKA
Iskandar, D. d. (2015). penelitian tindakan kelas dan publikasunya. cilacap: ihya media.
kunandar. (2009). penelitian tindakan kelas. jakarta: rajawali pres.
umi zulfa, S. M. (2010). metodologi penelitian sosial. yogyakarta: cahaya ilmu.
Langganan:
Postingan (Atom)