Selasa, 06 Februari 2018

Puzzle nama dan tugas malaikat

                            PUZZLE NAMA MALAIKAT DAN TUGAS-TUGASNYA



Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pembuatan puzzle nama malaikat dan tugasnya adalah sebagai berikut :
1. Kertas Cartoon
2. Kertas Asturo
3. Styroform
4. Doubletipe
5. Spidol
6. Penggaris
7. Gunting
8. Cutter
9. Pensil

Cara membuat puzzle nama malaikat dan tugasnya adalah sebagai berikut :
1. Sediakan styroform, penggaris, cutter dan spidol
2. Garis styroform menjadi dua bagian, kemudian perlokasi dibagi 5 baris
3. Gambar pola puzzle pada masing-masing lokasi yang sudah di garis
4. Potong puzzle sesuai dengan pola yang sudah dibuat
5. Lapisi puzzle yang sudah dipotong dengan kertas asturo, kemudian kita tulis nama dan tugas                malaikat pada setiap permukaan puzzle
6. Tempelkan styroform pada kertas cartoon
7. Lapisi setiap puzzle dengan doubletipe agar bisa merekat pada kertas cartoon
8. Pasangkan tugas malaikat pada kertas cartoon sesuai dengan urutan dari yang pertama sampai               yang terakhir
9. Kumpulkan nama malaikat pada sebuah wadah agar nanti anak dapat mencocokan nama dan                 tugas malaikat
10. Buat hiasan bunga untuk mempercantik puzzle dan tempelkan ke sudut styroform


Cara penggunaan puzzle nama dan tugas malaikat adalah sebagai berikut :
1. Sebelum memulai permainan puzzle anak diberi materi tentang nama dan tugas para malaikat
2. Minta anak untuk menghafalkannya satu per satu agar anak mampu menguasai permainan
3. Tunjuk anak satu persatu untuk maju kedepan dan meletakan atau mencocokan nama dan tugas          malaikat
4. Lakukan berulang sampai anak benar-benar paham


Keunggulan dari permainan puzzle nama dan tugas malaikat adalah sebagai berikut :
1. Anak mampu mengenal dan mengetahui nama malaikat
2. Anak mampu mengenal dan mengetahui tugas para malaikat
3. Belajar lebih menyenangkan dan anak akan lebih cepat paham karena diajak bermain sambil                belajar


Kelemahan dari permainan puzzle ini adalah sebagai berikut :
1. Jika anak tidak mengusai materi maka anak akan kesulitan dalam permainan ini
2. Terlalu ribet dalam pembuatan permainan ini
3. Banyak bahan untuk membuat permainan ini
4. Seorang guru harus kreatif dan meluanglkan waktu untuk pembuatan permainan ini.

Sabtu, 03 Februari 2018

Ibnu Khaldun

PEMIKIRAN IBNU KHALDUN
Ibnu khaldun adalah seorang filsuf sejarah yang berbakat dan cendekiawan terbesar pada zamannya, salah seorang pemikir terkemuka yang pernah dilahirkan. Beliau adalah seorang pendiri ilmu pengetahuan sosiologi yang secara khas membedakan cara memperlakukan sejarah sebagai ilmu serta memberikan alasan-alasan untuk mendukung kejadian-kejadian yang nyata. [1]
Nama lengkap Ibnu Khaldun adalah Abu Zayd ‘Abd al-Rahman ibn Muhammad ibn Khaldun al-Hadrami. Beliau dilahirkan di Tunisia pada 1 Ramadhan 732 H. / 27 Mei 1332 M, wafat 19 Maret 1406/808H. Beliau dikenal sebagai sejarawan dan bapak sosiologi Islam yang hafal Alqur’an sejak usia dini, selain itu beliau juga membahas tentang pendidikan islam. Karyanya yang terkenal adalah Muqaddimah (Pendahuluan).[2] Beliau masih memiliki garis keturunan dengan Wail bin Hajar, salah seorang sahabat Nabi Saw. Wail bin Hajar pernah meriwayatkan sejumlah hadith serta pernah dikirim nabi untuk mengajarkan agama Islam kepada para penduduk daerah itu. Pada abad ke-8 M Khalid bin Utsman datang ke Andalusia bersama pasukan arab penakluk wilayah bagian selatan Spanyol. Khalid kemudian lebih dikenal panggilan Khaldun sesuai dengan kebiasaan orang Andalusia dan Afrika Barat Laut yakni dengan penambahan pada akhir nama dengan “un” sebagai pernyataan penghargaan kepada keluarga penyandangnya. Dengan demikian Khalid menjadi Khaldun.
Di Andalusia keluarga Khaldun memainkan peranan yang cukup menonjol baik dari segi ilmu pengetahuan maupun dari segi politik. Mereka awalnya menetap di kota Carmon kemudian pindah ke kota Sevilla. Di kota ini mereka memainkan peranan penting dalam pemerintahan. Akan tetapi melihat kakeknya yang aktif dalam pemerintahan maka ayah ibn Khaldun memutuskan untuk menjauhkan diri sama sekali dari dunia politik dan mengkhususkan dirinya untuk bergerak hanya di bidang ilmu pengetahuan. Ayahnya menjadi terkenal di bidang bahasa arab dan tasawuf. Dilihat dari banyaknya yang dipelajari Ibnu Khaldun hal ini dapat diketahui bahwa dia memiliki kecerdasan yang luar biasa dan dia tidak puas dengan satu disiplin ilmu saja sehingga pengetahuannya begitu luas dan sangat bervariasi.
Ibnu Khaldun mulai berkarir dalam bidang pemerintahan dan politik di kawasan Afrika Barat Laut dan Andalusia selama hampir seperempat Abad. Dalam kurun waktu itu dari sepuluh kali dia pindah jabatan dari satu dinasti ke dinasti yang lain.
Jabatan pertaman Ibnu Khaldun pertama adalah sebagai anggota Majlis keilmuwan Sultan Abu Inal dari Bani Marin di ibu kota Fez. Kemudian dia diangkat menjadi sekertaris Sultan  pada Tahun 1354. Selain di dunia politik, Ibnu Khaldun juga mengajarkan ilmunya di masjid. Kemudian dia pindah ke Biskarah. Dari Biskarah kembali ke Andalusia baru dan menuju Tilimsan tahun 1374 M. Di Tilimsan ini ibnu Khaldun menemukan tempat untuk menulis dan membaca di rumah bani Arif di dekat benteng Qal’at Ibn Salamh sebagai tempat tinggal dan tinggal di Istana Ibnu Salamah. Di tempat inilah selama empat tahun dia memulai karnya yang terkenal dengan Kitab al-Ibar (sejarah Universal).
Pada Tahun 1378 dia meninggalkan istana dan menuju Tunisia. Selama di Tunis dia melakukan revisi terhadap karyanya dan naskah asli tersebut di hadiahkan kepada Sultan Abu al-Abbas tahun 1382 M. Pada Tahun 1382 M dia pindah ke Alexandria dan menetap di Mesir. Di Mesir ini Ibnu Khaldun mengajar di Masjid al-Azhar. Di Masjid al-Azhar dia memberi kuliah Hadith, Fiqh maliki, serta menerangkan teori-teori kemashurannya dalam kitab Muqaddimah di samping juga mengajar di perguruan tinggi al-Azhar. Dia diangkat sebagai hakim madhab Maliki pada 1384 M dan aktif dalam dunia pendidikan. Pada tanggal 25 Ramadhan 808 H bertepatan tanggal 19 Maret 1406. Ibnu Khaldun meninggal pada usia 76 Tahun. Untuk menghormati nama besarnya dia dimakamkan di pemakaman sufi di Bab al-Nashr Kairo, yang merupakan makam para ulama dan orang-orang penting.
Sebagai pelopor sosiologi, sejarah-filsafat, dan ekonomi-politik, karya-karyanya memiliki keaslian yang menajubkan. “Kitab al-I’bar” termasuk al-Taarif adalah buku sejarahnya yang monumental, berisi Muqaddimah serta otobiografinya. Bukunya dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama terkenal dengan muqaddimah, dalam bagian ini membicarakan tentang masyarakat, asal-usulnya,kedaulatan, lahirnya kota-kota dan desa-desa, perdagangan, cara orang mencari nafkah, dan ilmu pengetahuan. Bagian kedua kitab al-I’bar, terdiri dalam empat jilid, membicarakan tentang sejarah bangsa arab dan orang-orang muslim lainnya dan juga dinasti-dinasti pada masa itu, termasuk dinasti syiria, persia, seljuk, turki, yahudi, romawi, dan prancis. Dan bagian ketiga terdiri dari dua jilid, membicarakan bangsa barbar dan suku tetangga, otobiografi yaitu Al-Taarfi.[3]

Pemikiran Pendidikan Islam Ibnu Khaldun
Menurut Ibnu Khaldun ilmu pendidikan bukanlah suatu aktivitas yang semata-semata bersifat pemikiran dan perenungan yang jauh dari aspek-aspek pragmatis di dalam kehidupan, akan tetapi ilmu dan pendidikan tidak lain merupakan gejala sosial yang menjadi ciri khas jenis insani. Tradisi penyeledikan ilmiah yang dilakukan oleh ibnu khaldun dimulai dengan menggunakan tradisi berfikir ilmiahdengan melakukan kritik atas cara berfikir “model lama” dan karya-karya ilmuwan sebelumnya, dari hasil penyelidikan mengenai karya-karya sebelumnya, telah memberikan kontribusi akademik bagi pengembangan ilmu pengetahuan yang sahih, pengetahuan ilmia auat pengetahuan yang otentik.[4]
Adapun tujuan pendidikan menurut Ibnu Khaldun yaitu:
  1. Menyiapkan seseorang dari segi keagamaan
  2. Menyiapkan seseorang dari segi akhlaq
  3. Menyiapkan seseorang dari segi kemasyarakatan atau sosial
  4. Menyiapakan seseorang dari segi vokasional atau pekerjaan
  5. Menyiapkan seseorang dari segi pemikiran
  6. Menyiapkan seseorang dari segi kesenian
Pandangan Ibnu Khaldun tentang Pendidikan Islam berpijak pada konsep dan pendekatan filosofis-empiris. Menurutnya ada tiga tingkatan tujuan yang hendak dicapai dalam proses pendidikan yaitu:
  1.  Pengembangan kemahiran (al-malakah atau skill) dalam bidang tertentu.
  2.  Penguasaan keterampilan professional sesuai dengan tuntutan zaman
  3.  Pembinaan pemikiran yang baik[5]


Adapun pandangannya mengenai materi pendidikan, karena materi adalah merupakan salah satu komponen operasional pendidikan, maka dalam hal ini Ibnu Khaldun telah mengklasifikasikan ilmu pengetahuan yang banyak dipelajari manusia pada waktu itu menjadi dua macam yaitu:
1. Ilmu-ilmu tradisional (Naqliyah)
Ilmu naqliyah adalah yang bersumber dari al-Qur’an dan Hadits yang dalam hal ini peran akal hanyalah menghubungkan cabang permasalahan dengan cabang utama, karena informasi ilmu ini berdasarkan kepada otoritas syari’at yang diambil dari al-Qur’an dan Hadits. Adapun yang termasuk ke dalam ilmu-ilmu naqliyah itu antara lain: ilmu tafsir, ilmu qiraat, ilmu hadits, ilmu ushul fiqh, ilmu fiqh, ilmu kalam, ilmu bahasa Arab, ilmu tasawuf, dan ilmu ta’bir mimpi.

2.  Ilmu-ilmu filsafat atau rasional (Aqliyah)
Ilmu ini bersifat alami bagi manusia, yang diperolehnya melalui kemampuannya untuk berfikir. Ilmu ini dimiliki semua anggota masyarakat di dunia, dan sudah ada sejak mula kehidupan peradaban umat manusia di dunia. Menurut Ibnu Khaldun ilmu-ilmu filsafat (aqliyah) ini dibagi menjadi empat macam ilmu yaitu:
a.    Ilmu logika,
b.    Ilmu fisika,
c.    Ilmu metafisika dan
d.    Ilmu matematika termasuk didalamnya ilmu, geografi, aritmatika dan al-jabar, ilmu music, ilmu astromi, dan ilmu nujuum.


Walaupun Ibnu Khaldun banyak membicarakan tentang ilmu geografi, sejarah dan sosiologi, namun ia tidak memasukkan ilmu-ilmu tersebut ke dalam klasifikasi ilmunya. Setelah mengadakan penelitian, maka Ibnu Khaldun membagi ilmu berdasarkan kepentingannya bagi anak didik menjadi empat macam, yang masing-masing bagian diletakkan berdasarkan kegunaan dan prioritas mempelajarinya. Empat macam pembagian itu adalah:
a.    Ilmu agama (syari’at), yang terdiri dari tafsir, hadits, fiqh dan ilmu kalam.
b.    Ilmu ‘aqliyah, yang terdiri dari ilmu kalam, (fisika), dan ilmu Ketuhanan (metafisika)
c.     Ilmu alat yang membantu mempelajari ilmu agama (syari’at), yang terdiri dari ilmu bahasa Arab, ilmu hitung dan ilmu-ilmu lain yang membantu mempelajari agama.
d.    Ilmu alat yang membantu mempelajari ilmu filsafat, yaitu logika.
Menurut Ibnu Khaldun, kedua kelompok ilmu yang pertama itu adalah merupakan ilmu pengetahuan yang dipelajari karena faidah dari ilmu itu sendiri. Sedangkan kedua ilmu pengetahuan yang terakhir (ilmu alat) adalah merupakan alat untuk mempelajari ilmu pengetahuan golongan pertama. Demikian pandangan Ibnu Khaldun tentang materi ilmu pengetahuan yang menunjukkan keseimbangan antara ilmu syari’at (agama) dan ilmu ‘Aqliyah (filsafat). Meskipun dia meletakkan ilmu agama pada tempat yang pertama, hal itu ditinjau dari segi kegunaannya bagi anak didik, karena membantunya untuk hidup dengan seimbang namun dia juga meletakkan ilmu aqliyah (filsafat) di tempat yang mulia sejajar dengan ilmu agama.

Menurut Ibnu Khaldun ilmu-ilmu pengetahuan tersebut dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar banyak tergantung pada para pendidik, bagaimana dan sejauh mana mereka pandai mempergunakan berbagai metode yang tepat dan baik.

Al Ghazali

AL GHAZALI
Abu Hamid Muhammad Al-ghazali lahir pada tahun 1059 M di Ghazaleh suatu kota kecil yang terletak didekat Thus di Khusaran (Iran), ia berbelar hujjarui islam, sebutan al-Ghazali diambil dari kata-kata “Ghazalah” yakni nama kampung kelahiran al-Ghazali, sebutan tersebut kadang-kadang diucapkan dengan “Al-Ghazzali”. Istilah ini berakal kata pada “Ghazal” artinya tukang printak benang sebab pekerjaan ayah al-Ghazali adalah memintal benang wool.
Tokoh terbesar dalam sejarah reksi islam Neo-Platonisme adalah al-Ghazali seorang ahli Hukum, teolog, filosof, dan sufi, dilahirkan di Thus (khusaran) pada tahun 1059,  pertama-tama al-Ghazali memutuskan perhatiannya pada ajaran yuris prudensi (fiqh) dengan salah seorang Radzkani, kemudian berpindah kejurjan dimana ia meneruskan studinya dengan Abu al-Qasim al-Isma’ili. Meskipun begitu, gurunya yang paling besar adalah al-Juwayni, seorang teolog Asy’ariyah yang termukakan saat itu. Al-Juwayni memprakasai muridnya yang brilian ini kedalam studi kalam, filsafat dan logika, perkenalannya dengan teori dan praktek miskitisme adalah berkat jasa al-farmatzi (W. 1084). Seorang sufi terkemuka saat itu.
Kehidupan pemikiran periode Al-Ghazali dipenuhi dengan munculnya berbagai aliran keagamaan dan tren pemikiran, di samping munculnya beberapa tokoh pemikir besar sebelum Al-Ghazali. Di antaranya Abu ‘Abdillah Al-Baghdadi (w. 413 H.) tokoh Syi’ah, Al-Qadhi ‘Abd al-Jabbar (w. 415 H.) tokoh Mu’tazilah, Abu ‘Ali Ibn Sina (w. 428 H.) tokoh Filsafat, Ibn al-Haitam (w. 430 H.) ahli matematika dan fisika, Ibn Hazm (w. 444 H.) tokoh salafisme di Spanyol, Al-Isfara’ini (w. 418 H.) dan Al-Juwaini (w. 478 H.). Keduanya tokoh Asy’arisme, dan Hasan As-Sabbah (w. 485 H.) tokoh Batiniyah. Al-Ghazali  menggolongkan berbagai pemikiran pada masanya menjadi empat aliran populer, yaitu mutakallimun, para filosof, al-ta’lim dan para sufi. Dua aliran yang pertama adalah mencari kebenaran berdasarkan akal walaupun terdapat perbedaan yang besar dalam prinsip penggunaan akal antara keduanya. Golongan yang ketiga menekankan otoritas imam dan yang terakhir menggunakan al-dzauq (intuisi).

Dengan latar belakang tersebut Al-Ghazali  yang semula memiliki kecenderungan rasional yang sangat tinggi – bisa dilihat dari karya-karyanya sebelum penyerangannya terhadap filsafat – mengalami keraguan (syak). Keraguan ini berpangkal dari adanya kesenjangan antara persepsi ideal dalam pandangannya dengan kenyataan yang sesungguhnya. Menurut persepsi idealnya, kebenaran itu adalah satu sumber berasal dari al- Fithrah al- Ashliyat. Sebab menurut hadit Nabi; “Setiap anak dilahirkan atas dasar fitrahnya, yang membuat anak itu menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi adalah kedua orang tuanya."
Oleh karenanya ia mencari hakikat al- Fithrah al- Ashliyat yang menyebabkan keraguan karena datangnya pengetahuan dari luar dirinya. Dari sinilah Al-Ghazali menyimpulkan bahwa ia harus mulai dari hakikat pengetahuan yang diyakini kebenarannya. Bertolak dari pengetahuan yang selama ini ia kuasai, Al-Ghazali menduga bahwa kebenaran hakikat diperoleh dari yang  tergolong al-hisriyat (inderawi) dan al-dharuriyat (yang bersifat apriori dan aksiomatis). Sebab kedua pengetahuan ini bukan berasal dari orang lain tetapi dari dalam dirinya.
Ketika ia mengujinya kemudian berkesimpulan kemampuan inderawi tidak lepas dari kemungkinan bersalah. Kepercayaan Al-Ghazali terhadap akal juga goncang karena tidak tahu apa yang menjadi dasar kepercayaan pada akal. Seperti pengetahuan aksiomatis yang bersifat apriori, artinya ketika akal harus membuktikan sumber pengetahuan yang lebih tinggi dari akal ia hanya dapat menggunakan kesimpulan hipotesis (fardhi)  saja, dan tidak sanggup membuktikan pengetahuan secara faktual. Al-Ghazali  kemudian menduga adanya pengetahuan suprarasional. Kemungkinan tersebut kemudian diperkuat adanya pengakuan para sufi, bahwa pada situasi-situasi tertentu (akhwal) mereka melihat hal-hal yang tidak sesuai dengan ukuran akal dan adanya hadis yang menyatakan bahwa manusia sadar (intabahu) dari tidurnya sesudah mati.
Al-Ghazali menyimpulkan ada situasi normal di mana kesadaran manusia lebih tajam. Akhirnya pengembaraan intelektual Al-Ghazali  berakhir pada wilayah tasawuf di mana ia meyakini al- dzauq (intuisi) lebih tinggi dan lebih dipercaya dari akal untuk menangkap pengetahuan yang betul-betul diyakini kebenarannya. Pengetahuan ini diperoleh melalui nur yang dilimpahkan Tuhan ke dalam hati manusia.

Namun demikian pandangan Al-Ghazali  yang bernuansa moral juga tidak terlepas dari filsafat. Pandangannya tentang moral sangat erat kaitannya dengan pandangannya tentang manusia. Dalam karya-karya filsafat, Al-Ghazali banyak dipengaruhi oleh filosof muslim sebelumnya, terutama Ibnu Sina, Al-Farabi dan Ibnu Maskawaih.
Berikut adalah karya-karya yang dihasilkan oleh Al-Ghazali:
1.      Tahafutul Falasifah
2.      Al-Munqizminadi Dialal
3.       Ihya Ulumuddin
4.       Manthik
5.       Faqih
6.      Tafsir
7.      Akhlak
8.      Adat persoalan
9.      Buku al-Muqidz Minadh (penyelamat dan kesesatan), berisi sejarah perkembangan alam pikirannya dan mencerminkan sikapnya yang terakhir terhadap beberapa macam ilmu, serta jalan untuk mencapai Tuhan.


Ibnu Sina

PEMIKIRAN IBNU SINA
                                                                               
Ibnu Sina adalah Filosof Muslim yang mengembangkan Falsafat Klasik Islam kepuncak tertinggi dan diberi gelar “ pangeran para Dokter”. [4] Nama lengkapnya adalah Abu ‘Ali Al-Husain  Ibnu  ‘Abd Allah Ibn Hasan  Ibnu ‘Ali Ibn Sina. Di Barat populer dengan sebutan “Avicenna” akibat dari terjadinya metamorfose Yahudi-Spanyol-Latin. Dengan lidah Spanyol kata Ibnu diucapkan Aben atau Even. Terjadi perubahan  ini berawal  dari usaha  penerjemahan naskah-naskah Arab kedalam bahasa Latin pada pertengahan abad ke-12 di Spanyol.[5]
Ibnu Sina dilahirkan di desa Afshanah, dekat Kharmaitan, kabupaten Balkh, wilayah Afghanistan Propinsi Bukhara- yang sekarang masuk daerah Rusia. Ibnu Sina lahir pada masa kekacauan, dimana Khalifah Abasiah mengalami kemunduran, dan negeri-negeri yang mula-mula dibawah kekuasaan Khilafah tersebut memisahkan diri untuk berdiri sendiri. Sedangkan Baghdad sebagai pusat pemerintahan dan juga merupakan pusat ilmu pengetahuan jatuh ketangan Bani Buwaih (334 H). [6]
Ibnu Sina berdasarkan pengamatan dan penyelidikan para ahli, lahir pada 370 H/ 980 M dan meninggal dunia pada tahun 428 H/1037 M dalam usia 58 tahun. Wafat dan jasadnya dikebumikan di Hamadzan. Ibunya bernama Astarah, sedangkan Ayahnya bernama Abdullah seorang Gubernur dari suatu Distrik di Bukhara pada masa Samaniyyah-Nuh II bin Mansur.[7]
Ibnu Sina sejak usia muda  selain telah hafal Al-Qur‘an seluruhnya dalam usia 10 tahun, ia dalam usia kurang lebih 17 tahun telah menguasai beberapa disiplin ilmu seperti matematika, logika, fisika, kedokteran, astronomi, hukum, dan lainnya, juga falsafat yang berkembang dimasanya. Pada usia 17 tahun, dengan kecerdasannya yang sangat mengagumkan, ia sudah tampil sebagai Dokter dan berhasil menyembuhkan penyakit Sultan Bukhara, Nuh Ibn Mansur, dari Dinasti Samaniyyah. Sejak itu ia dapat leluasa memasuki perpustakaan Istana Bukhara, Kutub Hana. Ia juga pernah diangkat menjadi Menteri oleh Sultan Syams Al- Dawlah yang berkuasa di Hamdan dan menjadi penasihat politik di Isfahan, sebagai sebagai pengakuan atas kematangannya  dalam ilmu pengetahuan dan falsafat dan atas kepemimpinannya dalam politik ia dikenal dengan gelar “Al-Syaykh Al-ra’is”.

Diantara guru yang mendidiknya ialah Abu ‘Abd Allah Al-Natili dan Isma’il sang Zahid.[8] Karena kecerdasan otaknya yang luar biasa, ia dapat menguasai semua ilmu yang diajarkan kepadanya dengan sempurna, bahkan melebihi sang guru. Kemampuan Ibnu Sina dalam bidang Filsafat dan kedokteran, keduanya sama beratnya. Dalam bidang kedokteran ia mempersembahkan Al-Qanun fit-Thibb-nya, dimana ilmu kedokteran modern mendapat pelajaran, sebab kitab ini selain lengap, disusunnya secara sistematis.
Dalam bidang  materia medeica, Ibnu Sina telah banyak menemukan bahan nabati baru Zanthoxyllum budrunga– dimana tumbuh-tumbuhanini banyak membantu terhadap beberapa penyakit tertentu seperti radang selaput otak (miningitis). Ibnu Sina pula sebagai orang pertama yang menemukan peredaran darah manusia, dimana 600 tahun kemudian disempurnakan oleh William Harvey. Dia pulalah yang pertama kali mengatakan bahwa bayi selama masih dalam kandungan mengambil makanannya lewat tali pusarnya. Dia jugalah yang mula-mula mempraktekan pembedahan penyakit-penyakit bengkak yang ganas , dan menjahitnya. Dan last but not list dia juga terkenal sebagai dokter jiwa.
Karya Tulis yang dihasilkan Ibnu Sina cukup banyak. Kebanyakan penulis menegaskan bahwa jumlahnya tidak kurang dari 276 buah,  dalam buku dan risalah, dan dalam bentuk karangan ilmiah biasa (prosa) atau dalam bentuk syair. Karya-karya ini sebagian besar berbahasa Arab, tapi sebagian kecil dalam bahasa Persia. Diantara karangan-karangan ibnu Sina adalah:
  1. Kitab Al-Syifa’ (The book of Recovery or the book of Remedy)
Merupakan buku tentang penemuan, atau buku tentang Penyembuhan. Buku ini dikenal didalam bahasa latin dengan nama Sanatio  atau Sufficienta. Terdiri  dari 18 jilid. Naskah selengkapnya sekarang ini tersimpan di Oxford University London. Mulai ditulis pada usia 22 tahun (1022 M), dan berakhir pada tahun wafatnya (1037 M). Isinya terbagi atas 4 bagian, yaitu Ketuhanan,  Fisika, Matematika  dan Logika.




  1. Kitab Al- Najat
Merupakan ringkasan dari Kitab Al-Syifa’ , tapi yang dibicarakan didalamnya hanya logika, Fisika, dan Metafisika (ketuhanan).
  1. Kitab Al-Qanun fi al-Thibb
Berisikan ilmu kedokteran. Menjadi pegangan wajib di Universitas Eropa sampai XVII M.
  1. Kitab Al-Isyarat wa al-Tanbihat

Terdiri dari 3 jilid, yang berisikan uraian tentang logika dan hikmah. Merupakan karya terakhir yang dihasilkan Ibnu Sina.[9]

Istilah Pendidikan

ISTILAH PENDIDIKAN


  1.  Akreditasi adalah kegiatan penilaian kelayakan program dan/atau satuan pendidikan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.
  2.  Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Non Formal yang selanjutnya disebut BAN-PNF adalah badan evaluasi mandiri yang menetapkan kelayakan program dan/atau satuan pendidikan jalur pendidikan nonformal dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan.
  3.  Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi yang selanjutnya disebut BAN-PT adalah badan evaluasi mandiri yang menetapkan kelayakan program dan/atau satuan pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan.
  4. Badan Standar Nasional Pendidikan yang selanjutnya disebut BSNP adalah badan mandiri dan independen yang bertugas mengembangkan, memantau pelaksanaan, dan mengevaluasi standar nasional pendidikan;
  5.  Evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan.
  6.  Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai dengan tujuan pendidikan.
  7. Jaringan Kurikulum merupakan suatu sistem kerja sama antara pusat dengan daerah, antardaerah, dan antar unsur di daerah dalam mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan karakteristik, kebutuhan, dan perkembangan daerah.
  8. Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan.
  9.  Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan.
  10.  Kerangka dasar kurikulum adalah rambu-rambu yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah ini untuk dijadikan pedoman dalam penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya pada setiap satuan pendidikan.
  11. Konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bidang pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kemampuan belajar, dan perencanaan karir, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku.
  12. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
  13. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.
  14. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
  15.  Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.
  16. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana dan proses pembelajaran pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
  17.  Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
  18.  Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan.
  19. Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat       dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.
  20.  Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.

Penelitian Tindakan Kelas

MAKALAH
PENELITIAN TINDAKAN KELAS











Untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian
Dosen Pengampu :  Lumaur Ridlo,S.Psi.,M.Pd.
Disusun Oleh :
1. Faridatul Husna (1623211033)
2. Nurul Hidayah  (1623211011)
3. Ika Juniarti (1623211022)









PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM IMAM GHOZALI CILACAP (IAIIG)
2017



KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Alloh SWT, yang telah memberikan limpahan nikmat berupa kesehatan jasmani maupun rohani kepada Penulis sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah ini sampai selesai. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi akhir zaman Muhammad SAW.
Penulis menyadari tersusunnya makalah ini bukanlah semata-mata hasil jerih payah penulis sendiri, melainkan berkat bantuan berbagai pihak. Untuk itu, kami menghaturkan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyususan makalah ini.
Semoga Alloh SWT memberikan pahala yang setimpal dan menjdikan amal sholeh bagi semua pihak yang telah turut berpartisipasi dalam penyelesaian makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat  bermanfaat bagi kita semua. Amin Ya Rabbal’alamin.




PENULIS



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 2
BAB I 3
PENDAHULUAN 3
A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah 5
C. Tujuan 5
BAB II 6
PEMBAHASAN 6
A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) 6
B. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas 8
C. Prosedur atau Desain PTK 11
1. Perencanaan (plannimg) 11
2. Pelaksanaan Tindakan (Acting) 12
3. Pengamatan (observing) 13
4. Refleksi (reflecting) 13       
D. Mengidentifikasi Dan Menganalisis Masalah 14
1. Ruang Lingkup Masalah 14
2. Identifikasi masalah 15
3. Analisis masalah 16
4. Teknik Mencari Permasalahan 16
5. Beberapa permasalahan yang bisa dijadikan PTK 16
6. Sumber Masalah PTK 17
E. Analisis Data 17
BAB III 19
PENUTUP 19
DAFTAR PUSTAKA 20



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
        Persyaratan utama yang harus dipenuhi bagi berlangsungnya pembelajaran yang menjamin optimalisasi hasil pembelajaran ialah tersedianya guru dengan kualifikasi dan kompetensi yang mampu memenuhi tuntutan tugasnya. Mutu pendidikan pada hakikatnya adalah bagaimana memastikan bahwa pembelajaran yang dilakukan guru dikelas berlangsung dengan baik dan bermutu. Jadi mutu pendidikan ditentukan didalam kelas melalui pembelajaran. Untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal, dibutuhkan guru yang kreatif dan inovatif yang selalu mempunyai keinginan terus menerus untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran dikelas. Salah satu upaya tersebut adalah dengan melaksanakan penelitian tindakan kelas. Dengan PTK, kekurangan atau kelemahan yang terjadi dalam proses belajar mengajar dapat teridentifikasi dan terdeteksi, untuk selanjutnya dicari solusinya yang tepat. Karena, PTK memiliki peranan yang sangat penting dan strategis untuk meningkatkan mutu pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan benar. Diimplementasikan dengan baik, artinya pihak yang terlihat dlam PTK (Guru) mencoba dengan sadar mengembangkan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah-masalah yang terjadi dalam pembelajaran dikelas melalui tindakan bermakna yang diperhitungkan dapat memecahkan masalah atau memperbaiki situasi dan kemudian secara cermat mengamati pelaksanaannya untuk mengukur tingkat keberhasilannya.

B. Rumusan Masalah

       1. Apa Pengertian Penelitian Tindakan Kelas  (PTK) ?
       2. Bagaimana karateristik PTK ?
       3. Bagaimana prosedur PTK ?
       4. Bagaimana cara mengidentifikasi dan menganalisis masalah?

C. Tujuan
       1. Untuk mengetahui pengertian penelitian tindakan kelas
       2. Untuk mengetahui karakteristik PTK
       3. Untuk mengetahui prosedur PTK
       4. Untuk mengetahui cara mengidentifikasi dan menganalisis masalah


BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
        Penelitian aksi adalah suatu penelitian yang dilakuakn oleh seorang yang bekerja mengenai apa yang sedang ia laksanakan tanpa mengubah sistem pelaksanaanya. Jika mengacu pada istilah action reserach dan operation reserch, maka sesungguhnya juga merupakan penelitian yang berbeda, tetapi begitu mirip hingga dismakan. Action research mengacu pada aksi atau tindakan, dalam arti peneliti melakukan suatu tindakan, eksperimen yang diamati secara terus menerus, kemudian diadakan pengubahan terkentrol sampai pada upaya maksimal dalam bentuk tindakan yang paling tepat. Sedangkan operation research merujuk kepada kegiatan yang sedang berlangsung, yakni bahwa penelitian yang sedang dilakukan bukan yang menciptakan yang baru semata, tetapi menempel pada suatu kegiatan yang berlangsung.
         Penenitian Tindakan Kelas ( PTK ) memiliki peranan yang sangat penting dan strategis untuk meningkatkan mutu pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan benar. Diimplementasikan dengan baik, artinya pihak yang terlihat dalam PTK (Guru) mencoba dengan sadar mengembangkan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah-masalah yang terjadi dalam pembelajaran dikelas melalui tindakan bermakna yang diperhitungkan dapat memecahkan masalah atau memperbaiki situasi dan kemudian secara cermat mengamati pelaksanaannya untuk mengukur tingkat keberhasilannya.
         Penelitian adalah suatu kegiatan penyelidikan yang dilakukan menurut metode ilmiah yang sistematis untuk menemukan informasi ilmiah atau teknologi baru, membuktikan kebenaran atau ketidak benaran Hipotesis sehingga dapat dirumuskan teori atau proses gejala sosial.
Penelitian juga bisa diartikan kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan aturan metodeologi tertentu untuk mendapatkan data atau informasi yang bermanfaat untuk selanjutnya data tersebut dianalisis untuk dicari kesimpulannya. Penelitian ilmiah pada dasarnya adalah  usaha mencari kebenaran perolehan makna tentang sesuatu yang dikaji. Memahami makna berarti memahami suatu hakikat keberadaan, fakta dan kejadian-kejadian sebagai suatu kausalitas.
Dari beberapa pengertian tentang penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan tiga prinsip yakni :
    1. Adanya partisipasi dari peneliti dalam suatu program atau kegiatan
    2. Adanya tujuan untuk meningkatkan kualitas suatu program atau kegiatan melalui penelitian                 tindakan tersebut
    3. Adanya tindakan (treatment) untuk meningkatkan kualitas suatu program atau kegiatan.

         Mengacu pada prinsip diatas, penelitian tindakan kelas dapat didefinisikan sebagai suatu penelitian tindakan (action research) yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti dikelasnya atau bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) dengan jalan merancang, melaksankan dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu (kualitas) proses pembelajaran dikelasnya melalui suatu tindakan tertentu dalam suatu siklus. Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi dikelas dan meningkatkan kegiatan nyata guru dalam kegiatan pengembangan profesinya..
Dalam konteks kependidikan mengandung pengertian PTK adalah sebuah bentuk kegiatan refleksi diri yang dilakukan oleh para pelaku pendidikan dalam suatu situasi kependidikan  untuk memperbaiki rasionalitas dan keadilan tentang :
    a) Praktik praktik kependidikan mereka
    b) Pemahaman mereka tentang praktik praktik tersebut
    c) Situasi dimana praktik praktik tersebut dilaksanakan

        Penelitian tindakan kelas termasuk penelitian kualitatif meskipun data yang dikumpulkan bisa saja bersifat kuantitatif, dimana urainnya bersifat deskriptif dalam bentuk kata–kata, peneliti merupakan isntrumen pertama dalam pengumpulan data, proses sama pentingnya dengan produk. Perhatian peneliti diarahkan kepada pemahaman bagaimana berlangsungnya suatu kejadian atau efek dari suatu tindakan.(Rojiati,2005).
        Penelitian Tindakan Kelas  harus dilakukan dikelas yang sehari hari diajar, bukan kelas yang diajar oleh guru lain meskipun masih dalam satu sekolah. Hal ini disebabkan PTK adalah suatu penelitian yang berbasis pada kelas. Penelitian dapat dilakukan secara mandiri, tetapi alangkah baiknya kalau dilaksanakan secara kolaboratif, baik dengan teman sejawat, kepala sekolah, pengawas, widyaisuara, dosen dan pihak lain yang relevan dengan PTK. Hasil PTK dapat digunakan untuk memperbaiki mutu proses belajar mengajar sesuai dengan kondisi dan karakteristik sekolah, siswa dan guru. Melalui PTK guru dapat mengembangkan model-model mengajar yang bervariasi, pengelolaan kelas dinamis dan kondusif, serta penggunaan media dan sumber belajar yang tepat dan memadai. Dengan penerapan-penerapan hasil hasil PTK secara berkesinambungan diharapkan PBM disekolah (kelas) tidak kering dan membosankan serta menyenangkan siswa. Atau dengan istilah yang lebih populer adalah PAIKEM (Pembelajarn Aktif Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan)

B. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
        PTK berbeda dengan penelitian formal ( konvensional) pada umumnya. PTK memiliki                        karakteristik sebagai berikut  :
       1. On-the job problem oriente, masalah yang diteliti adalah masalah ril atau nyata yang                              muncul dari dunia kerja peneliti atau yang ada dalam kewarganegaraan atau tanggung jawab                peneliti.
       2. Problem-solving oriented yaitu yang Berorientasi pada pemecahan masalah. PTK  yang                       dilakukan oleh guru dilakukan sebagai upaya untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh             guru dalam PBM dikelasnya melalui suatu tindakan (treatment) tertentu sebagai upaya                         menyempurnakan proses pembelajaran dikelasnya.
      3. Improvement-oriented yaitu berorientasi pada peningkatan mutu. PTK dilaksanakan dalam                  kerangka untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu PBM yang dilakukan oleh guru                        dikelasnya. PTK bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas pembelajaran                    dengan asumsi bahwa semakin baik kualitas proses pembelajaran maka semakin baik juga
          hasil belajar yang dicapai siswa.
      4. Ciclic (siklus) Konsep tindakan (action) dalam PTK diterapkan melalui urutan yang terdiri dari            beberapa tahap berdaur ulang (cyclical). Siklus dalam PTK ini terdiri dari empat tahapan yakni           perencanaan tindakan, melakukan tindakan, pengamatan atau observasi dan analisis atau                      refleksi.
      5. Action oriented Dalam PTK selalu didasarkan pada adanya tindakan (treatment) tertentu untuk            memperbaiki PMB dikelas. Jadi, tindakan dalam PTK ini adalah sebagai alat atau cara untuk              memperbaiki masalah dalam PBM yang dihadapi guru dikelas.
      6. Pengkajian terhadap dampak tindakan. Dalam tindakan yang dilakukan harus dikaji apakah                  sesuai dengan tujuan, apakah memberi dampak positif lain yang tidak diduga sebelumnya, atau            bahkan menimbulkan dampak dampak negative yang merugikan peserta didik.
      7. Specifics contextual. Aktifitas PTK dipicu oleh permasalahan praktis yang dihadapi oleh guru            dalam PBM dikelas. Permasalahan dalam PTK adalah permasalahan yang bersifat spesifik                  kontekstual dan situasional sesuai dengan karakteristik siswa dalam kelas tersebut. Tujuan
         PTK bukan menemukan pengatahuan baru yang dapat digeneralisasikan, tetapi tetap bersifat                paragmatis dan praktis, yakni memperbaiki atau meningkatkan mutu PBM dikelas.
       8. Partisipatory (collaborative). PTK ini dilaksanakan secara kolaboratif dan bermitra dengan                   pihak lain, seperti teman sejerawat. Jadi, dalam PTK perlu ada partisipasi dari pihak lain yang             berperan sebagai pengamat.
       9. Peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi. Dalam refleksi ini banyak hal                    yang harus dilakukan yaitu mulai dari mengevaluasi tindakan sampai dengan memutuskan                 apakah masalah itu tuntas atau perlu tindakan lain dalam siklus berikutnya. Refleksi adalah                 merenungkan apa yang sudah kita kerjakan baik didalam kelas atau diluar kelas.
      10. Dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus dimmana dalam satu siklus                 terdiri dari tahapan perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observation), dan             refleksi (reflection) dan selanjutnya diulang kembali dalam beberapa siklus. 

Menurut Richart Winter (1996) ada enam karakteristik PTK, yaitu: Kritis refleksi, Kritik dialektis, Kolaboratif, Resiko, susunan jamak, dan Internalisasi teori dan praktik.
  Sedangkan tujuan dari PTK adalah sebagai berikut:
   1. Untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi didalam kelas, meningkatkan                              profesionalisme guru dan menumbuhkan budaya  akademik  dikalangan para guru.
   2. Peningkatan kualitas praktik pembelajaran dikelas secara terus menerus Peningkatan relavasi              pendidikan, hal ini dicapai melalui peningkatan pores belajar.
   3. Sebagai alat training in-service, yang memperlengkapi guru dengan skil dan metode baru,                    mempertajam kekuatan analitisnya dan mempertinggi kesadaran dirinya.
   4. Sebagai alat untuk memasukan pendekatan tambahan atau inovatif terhadap system                              pembelajaran yang berkelanjutan yang biasanya menghambat inovasi dan perubahan.
   5. Peningkatan mutu hasil pendidikan melalui perbaikan praktik pembelajaran dikelas dengan                  mengembangkan berbagai jenis ketrampilan dan motivasi belajar siswa.
   6. Meningkatkan sikap professional pendidikan dan tenaga kependidikan.
   7. Menumbuhkan budaya akademik dilingkungan sekolah, sehingga tercipta sikap proaktif dalam             melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan.

C. Prosedur atau Desain PTK
        Layaknya sebuah penelitian, PTK juga memiliki prosedur atau aturan yang perlu diperhatikan. Arikunto (2013:17) menjelaskan bahwa satu siklus PTK terdiri dari empat lamgkah yaitu :
   1. Perencanaan (plannimg)
        Sebelum melaksanakan PTK, seorang guru hendaknya melaksanakan terlebih dahulu konsepnya     dengan membuat perencanaan dalam bentuk tulisan. Arikunto (2010:17) mengemukakan bahwa         perencanaan adalah langkah yang dilakukan oleh guru ketika akan memulai tindakannya.  Ada      beberapa langkah yang dapat dilakukan dalam kegiatan ini yakni:
    a. Membuat skenario pembelajaran
        Skenario pembelajaran merupakan bagian utama yang harus disiapkan oleh seorang guru dalam          penulisan PTK. Bentuk nyata skenario pembelajaran dalam PTK adalah Rencana Pelaksanaan            Pembelajaran (RPP).
    b. Membuat lembaran observasi di dalam pengertian psikologi, observasi atau disebut pula                   pengamatan meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan             seluruh alat indera. Untuk dapat merealisasi kegiatan observasi maka dibuatlah lembar observasi.           Implikasi pembuatan lembar observasi dapat mendukung keabsahan dan menghindarkan hasil         PTK dari unsur bias. Secara khusus lembar observasi dimaksudkan guna mengukur keberhasilan           peneliti.
    c. Mendesain alat evaluasi
        Alat evaluasi atau disebut “tes” secara umum dibagi menjadi empat, yaitu tes lisan, tes objektif,      soal uraian, dan soal terbuka. Setiap guru harus cermat dalam menentukan alat evaluasi yang              digunakan, untuk itu alat evaluasi tersebut perlu diuji cobakan terlebih dahulu di luar subjek                 penelitian.
  2. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
         Tahap ini merupakan pelaksanaan skenario pembelajaran yang telah dibuat. Seorang guru yang     akan melakukan tindakan harus memahami secara mendalam tentang skenario pembelajaran
    beserta dengan langkah-langkah praktisnya. Lebih jauh Ari Kunto (2010: 18) memaparkan secara        rinci hal-hal yang harus diperhatikan guru antara lain:
    a. Apakah ada kesesuaian antara pelaksanaan dengan perencanaan.
    b. Apakah proses tindakan yang dilakukan pada siswa cukup lancar.
    c. Bagaimanakah situasi proses tindakan.
    d. Apakah siswa-siswa melaksanakan dengan bersemangat.
    e. Bagaimanakah hasil keseluruhan dari tindakan itu.
  3. Pengamatan (observing)
        Pengamatan adalah proses mencermati jalannya pelaksanaan tindakan (Ari Kunto, 2010: 18).                 Kegiatan ini merupakan realisasi dari lembar observasi yang telah dibuat pada saat                            perencanaan. Ari Kunto (2010: 19) memaparkan tentang siapa yang melakukan pengamatan                pada pelaksanaan tindakan sebagai berikut.
      a. Pengamatan dilakukan oleh orang lain, yaitu pengamatan yang diminta oleh peneliti untuk                  mengamati proses pelaksanaan tindakan, yaitu mengamati apa yang dilakukan oleh guru,
          siswa maupun peristiwanya.
        b. Pengamatan dilakukan oleh guru yang melaksanakan PTK. Dalam hal ini guru tersebut harus              sanggup “ngrogoh sukmo” istilah bahasa jawa, yaitu mencoba mengeluarkan jiwanya dari                    tubuh untuk mengamati dirinya, apa yang sedang dilakukan, sekaligus mengamati apa yang                dilakukan oleh siswa dan bagaimana proses berlangsung.
            Pengamat disebut juga observer dari luar seharusnya guru yang memiliki pengalaman tentang              pembelajaran seperti guru senior atau minimal sama masa kerjanya, mengajar pada mata                      pelajaran yang sama atau serumpun.

    4. Refleksi (reflecting)
        Refleksi atau dikenal dengan peristiwa perenungan adalah langkah mengingat kembali kegiatan       lampau yang dilakukan oleh guru atau siswa (Arikunto,2010:19). Pada tahap ini hasil yang                 diperoleh pada tahap observasi akan dievaluasi dan dianalisis.. Kemudian guru bersama pengamat       dan juga peserta didik mengadakan reflaksi diri dengan melihat data obsservasi, apakah kegiatan          yang telah dilakukan dapat meningkatkan kualitas kegiatan pembelajaran khususnya target yang          akan ditingkatkan dalam penelitian misalnya hasil belajar, motivasi, kemampuan menulis,                   kemampuan membaca dan lain sebagainya. Refleksi adalah koreksi atas kegiatan tindakan jadi            peran pengamat dan peserta didik sangat membantu keberhasilan penelitian. Dari hasil refleksi             bersama akan diperoleh kelemahan dan cara memperbaikinya guna diterapkan pada siklus                   berikutnya.

  D. Mengidentifikasi Dan Menganalisis Masalah
        1. Ruang Lingkup Masalah
            Ruang lingkup masalah yang dijadikan harapan PTK anatara lain  :
            a. Metode mengajar, mungkin mengganti metode konvensional (tradisional) dengan metode                     penemuan.
             b. Setrategi belajar, misalnya menggunakan pendekatan integratif pada pembelajaran dari                          pada satu guru mengajar saja.
             c. Prosedur evaluasi, misalnya meningkatkan metode dalam penilaian kontinu.
             d. Penanaman maupun perubahan sikap dan nilai, mungkin mendorong timbulnya sikap yang                   lebih positif terhadap beberapa aspek kehidupan.
             e. Pengembangan profesionalisme guru, misalnya meningkatkan ketrampilan                                           belajar,menggembangkan metode mengajar yang baru, menambahkan kemampuan
                 analisis atau meningkatkan kesadaran diri.
             f. Pengelolaan dan kontrol, pengenalan bertahap pada teknik modifikasi perilaku.
             g. Administrasi, menambahkan efisiensi aspek tertentudari administrasi sekolah.
          2. Identifikasi masalah
                Identifikasi masalah hendaknya dilakukan oleh peneliti.
            Beberapa kriteria dalam menentukan masalah PTK adalah  :
            a. Masalah apa yang akan diteliti.
            b. Masalah benar-benar terjadi dalam proses belajar mengajar dikelas.
            c. Penting dan bermanfaat untuk meningkatkan mutu PBM
            d. Masalah harus penting bagi orang yang mengusulkannya  dan sekaligus signifikan dilihat                    dari segi pengembangan lembaga.
            e. Masalah hendaknya dalam jangkauan penanganan, baik dari segi tenaga, biaya dan waktu.
            f. Pernyataan masalah harus mengungkap beberapa dimensi fundamental mengenai penyebab                  dan akibat.
            g. Alasan mengapa penelitian tersebut dilakukan.
            h. Cara yang akan digunakan untuk menemukan jawaban dari suatu masalah tersebut.
             i. Jangan mengangkat permasalahan yang guru tidak mungkin dapat menyelesaikannya                             karena diluar jangkauan tugas guru.
             j. Masala yang rill dan problematika.
            k. Pilihlah fokus penelitian yang spesifik dan terbatas yang dapat dicari solusinya dalam                          waktu singkat.
      Kesebelas kriteria diatas dapat dikategorikan dalam 4 perspektif dalam mengukur suatu
      kelayakan masalah sebagi berikut.
    a. Perspektif keilmuan, yakni berguna bagi pengembangan teori suatu ilmu.
    b. Perspektif metode keilmuan, yakni mengembangkan metode keilmuan.
    c. Perspektif keilmuan dan kegunaannya, yakni nilai praktis dari penelitian.
    d. Perspektif teknis dan situasional, yakni mengembangkan cara atau teknik tertentu sesuai dengan          situasi yang dihadapi.
  3. Analisis masalah
        Didalam menganalisis masalah untuk PTK ini guru harus ingat bahwa tidak semua topik                 penelitian dapat diangkat sebagai topik PTK. Berikut 4 aspek yang dapat dijadikan masalah dalam     PTK yaitu:
   a. Masalah yang berkaitan dengan pengelolaan kelas.
   b. Masalah proses belajar mengajar.
   c. Masalah pengembangan atau penggunaan sumber-sumber belajar.
 4.   Teknik Mencari Permasalahan
        Teknik mencari permasalahan dengan pertanyaan- pertanyaan berikut:
        a. Apa yang sekarang sedang terjadi?
        b. Apakah yang sedang berlangsung itu mengandung permsalahn?
        c. Apa yang dapat saya lakukan untuk mengatasinya?
   5. Beberapa permasalahan yang bisa dijadikan PTK
        Beberapa permasalahan dalam aspek pembelajaran yang dapat dijadikan kajian PTK antara lain:
       a. Rendahnya ketelibatan siswa dalam proses pembelajaran mata pelajaran X.
       b. Metode pembelajaran yang kurang tepat.
       c. Perhatian anak terhadap PBM matematik rendah.
       d. Media pembelajaran yang tidak ada atau kurang.
        e. Sistem penilaian yang tidak atau kurang sesuai.
       f. Motifasi belajar siswa yang rendah.
       g. Rendahnya kemandiran belajar siswa.
       h. Siswa datang terlambat kesekolah.
   6. Sumber Masalah PTK
       a. Masalah yang berkaitan dengan input dapat bersumber dari: siswa, guru, sumber belajar,                     materi pelajaran, prosedur evaluasi, dan lingkungan belajar.
        b. Masalah yang berkaitan dengan proses kegiatan belajar mengajar dapat bersumber dari:                         interaksi belajar mengajar, ketrampilan bertanya guru atau siswa, gaya mengajar, cara belajar               dan implementasi metode pembelajaran.
          c. Masalah yang berkaitan dengan ouput dapat bersumber dari hasil belajar siswa, daya ingat                 siswa, sikap negatif siswa, dan motifasi rendah.

E. Analisis Data
        Analisis data diwakili oleh momen refleksi putaran penelitian tindakan kelas. Tetapi perlu diingat bahwa dalam menganalisis data sering peneliti menjadi terlalu subjektif dan oleh karena itu perlu diadakan diskusi dengan teman sejawat untuk melihat datanya lewat perspektif yang berbeda. Jika dalam menganalisis data yang kompleks peneliti menggunakan teknis analisis kualitatif, yang salah satu modelnya adalah teknik analisis kualitatif, yang salah satu modelnya adalah teknik analisis interaktif yang dikembangkan oleh milles dan huberman(1984)
        Analisis interaktif tersebut terdiri atas tiga komponen kegiatan yang saling terkait satu sama lain: reduksi data, beberan (display) data, dan penarikan kesimpulan.
Reduksi data merupakan proses menyeleksi, menentukan fokus, menyederhanakan, meringkas, dan mengubah bentuk data mentah yang ada dalam catatan lapangan.  Misalnya data tentang proses pembelajaran dikelas dapat direduksi dengan memfokuskan perhatian pada apa yang dilakukan guru pada permulaan pembelajaran, pada bagian inti atau utama pembelajaran dan pada bagian akhir pembelajaran. Pada bagian utama pembelajaran dapat direduksi dengan memfokuskan perhatian pada apakah ada tindakan guru yang berkenaan: upaya membantu atau memfasitasi siswa dalam memahami isi atau konsep pelajaran, upaya memotivasi siswa atau meningkatkan percaya diri siswa dengan menguji, dan mengelolah kelas.
          Dengan mereduksi data tentang proses pembelajarn, akan dapat ditarik kesimpulan apakah guru mengelola pembelajaran secara kondusif sehingga PBM berlangsung efektif dan menyenangkan. Setelah direduksi data siap dibeberkan artinya tahap analisis sampai pada pembeberan data. Berbagai macam data PTK yang telah direduksi perlu dibeberkan dengan tertata rapi dengan narasi plus matriks, grafik atau diagram. Pembeberan data yang sistematis dan interaktif akan memudahkan pemahaman terhadap apa yang telah terjadi sehingga memudahkan penarikan kesimpulan atau menentukan tindakan yang akan dilakukan selanjutnya. Penarikan kesimpulan tentang peningkatan atau perubahan yang terjadi dilakukan secara bertahap mulai dari kesimpulan sementara yang ditarik pada siklus satu kekesimpulan terefisi pada akhir siklus dua dan seterusnya dan kesimpulan terakhir pada siklus terakhir. Kesimpulan yang pertama sampai dengan yang terakhir saling terkait dan kesimpulan pertama sebagai pijakan.









BAB III
PENUTUP


A. KESIMPULAN
          Penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian tindakan (action research) yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti dikelasnya atau bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) dengan jalan merancang, melaksankan dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu (kualitas) proses pembelajaran dikelasnya melalui suatu tindakan tertentu dalam suatu siklus. Dalam penelitian tindakan kelas ada karakteristik tertentu yaitu: On-the job problem oriente, Problem-solving oriented, Improvement-oriented, Ciclic (siklus),  Action oriented, Pengkajian terhadap dampak tindakan, Specifics contextual, Partisipatory (collaborative), Peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi, selanjutnya, dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus dimmana dalam satu siklus terdiri bebetapa tahapan. PTK juga memiliki beberapa prosedur atau aturan. Untuk mengidentifikasi atau menganalisis masalah harus mengetahui ruang lingkup masalah, mengidentifikasi masalah, menganalisis masalah, mencari permasalahan, dan mencari sumber masalah.



DAFTAR PUSTAKA

Iskandar, D. d. (2015). penelitian tindakan kelas dan publikasunya. cilacap: ihya media.
kunandar. (2009). penelitian tindakan kelas. jakarta: rajawali pres.
umi zulfa, S. M. (2010). metodologi penelitian sosial. yogyakarta: cahaya ilmu.